JAKARTA, KOMPAS.TV – Cara persuasif atau dialog dan keamanan disebut sebagai dua pendekatan dalam upaya penyelamatan pilot Susi Air asal Selandia Baru Phillip Merthens yang diduga disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Menurut Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Indonesia Usman Hamid, pendekatan dialog penting diutamakan demi keselamatan sandera.
"Yang paling penting mungkin adalah pilihan pendekatan untuk pembebasan sandera. Apakah memang mau menggunakan kekuatan pendekatan keamanan atau pendekatan dialog? Yang saya kira ini akan sangat menentukan nasib dari pilot yang berada dalam sandera," kata Usman dalam program Kompas Petang, Kamis (9/2/2023).
Menurutnya, bila benar sang pilot Susi Air disandera, maka aksi penyanderaan itu disebutnya melanggar berbagai hukum internasional.
"Penyanderaan seseorang, apalagi sampai eksekusi, itu jelas dilarang dalam hukum internasional. Dalam berbagai konvensi termasuk Konvensi Jenewa, itu dilarang adanya penyanderaan," tambahnya.
Baca Juga: Dugaan Penyanderaan Pilot Susi Air Dinilai Justru akan Rugikan KKB
Namun, bila pun nantinya diputuskan penggunaan pendekatan keamanan untuk menyelamatkan sandera, maka langkah yang ditempuh haruslah dilakukan dengan cermat dan hati-hati.
Pasalnya, belum diketahui berapa jumlah orang yang melakukan penyanderaan. Hal ini diungkapkan oleh pengamat intelijen Laksda (Purn) Soleman Ponto.
"Kan ini yang dibebaskan satu orang, tetapi kita tidak tahu yang menyandera ini berapa orang. Jadi ini random juga. Apa mau diturunkan satu regu, atau satu batalion, saya tidak tahu informasi ada berapa orang yang di belakang yang melakukan penyanderaan ini, dan itu sangat-sangat penting," tutur Soleman.
Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais) itu juga menekankan pentingnya langkah kehati-hatian demi menyelamatkan nyawa sandera.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.