JAKARTA, KOMPAS.TV – Insentif politik yang bisa dinikmati oleh Ridwan Kamil alias Kang Emil setelah bergabung dengan Partai Golkar adalah bertarung di Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta atau Jawa Barat, tanpa susah payah mencari partai politik pengusung.
Analisis itu disampaikan oleh pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, Sabtu (21/1/2023).
“Paling mungkin di 2024 Ridwan Kamil maju di Pilkada, baik itu di Jawa Barat untuk kedua kali, atau di DKI Jakarta,” ucapnya, Sabtu (21/1/2023), dikutip dari laporan tim liputan Kompas TV.
“Itu adalah insentif politik yang saya rasa bisa dinikmati Ridwan Kamil di 2024. Ridwan Kamil tidak perlu susah payah mencari kendaraan partai untuk maju yang kedua kalinya di pilkada,” tegas Adi Prayitno.
Baca Juga: Ridwan Kamil Gabung Golkar, Pengamat: Membunuh Keinginan Politiknya untuk Jadi Capres
Ia juga menilai bergabungnya Ridwan Kamil, yang saat ini masih menjadi Gubernur Jawa Barat, ke Partai Golkar, sebenarnya membuat Kang Emil sapaan akrab sang gubernur harus membunuh keinginan politiknya menjadi Calon Presiden (Capres) RI pada perhelatan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Sebab, menurut Adi, tiket capres dari partai Golkar sudah dikantongi oleh Ketua Umum Golkar Airlangga hartarto.
“Kemudian ketika Ridwan Kamil bergabung ke Golkar secara perlahan Ridwan Kamil harus membunuh keinginan politiknya untuk maju Pilpres, karena tiket dari Golkar sudah diberikan kepada Airlangga Hartarto,” tuturnya.
Adi juga menjelaskan, asumsi yang menyebut bergabungnya Ridwan Kamil di Partai Golkar, akan memudahnya mendapat kartu untuk maju di Pilpres 2024 merupakan spekulasi yang sulit diukur.
“Saya kira ini hanya asumsi spekulasi yang sulit untuk diukur, karena apapun judulnya bicara soal capres Golkar sampai dengan saat ini the one and only itu dimandatkan ke Airlangga Hartarto bukan Ridwan Kamil.”
Baca Juga: Pesan Jusuf Kalla ke Ridwan Kamil yang Resmi Jadi Kader Golkar
Terlebih, lanjut diam pencapresan Airlangga Hartarto dari Golkar ini melalui proses yang sakral.
“Dihasilkan dari Munas di mana seluruh kader Golkar dari seluruh daerah Mewajibkan kepada Erlangga untuk bisa maju Pilpres bukan Ridwan Kamil,” imbuhnya.
Bahkan, dengan bergabungnya Ridwan Kamil ke partai Golkar, suka tidak suka ia harus tegak lurus patuh pada semua keputusan politik yang sudah dilahirkan oleh Golkar.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.