JAKARTA, KOMPAS.TV - Lato-lato tidak disarankan dimainkan untuk anak di bawah lima tahun, hal ini dikarenakan kemampuan motorik balita belum cukup baik.
Hal ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Tumbuh Kembang Anak DR D. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH, Minggu (15/1/2023) secara daring.
"Kemampuan motoriknya belum baik sehingga dia akan mudah untuk menyebabkan dirinya kena bola, menyebabkan lebam-lebam, karena saking kencang dan terlepas (bola)," ujarnya Minggu (15/1/2023) dikutip dari Antara.
Alhasil, Bernie mengimbau para orang tua harus mempertimbangkan sejumlah hal sebelum membiarkan anak balitanya memainkan lato-lato sebelum kemampuan motorik mumpuni.
Yang dimaksud dari mumpuni adalah motorik halus melingkupi keterampilan fisik melibatkan gerakan yang menuntut koordinasi mata dan tangan.
Baca Juga: Psikolog UGM Sebut Lato-lato Bisa Kurangi Ketergantungan Anak Main HP, Ini Tips untuk Orang Tua
Pertimbangan lain membolehkan anak-anak memainkan lato-lato yakni saat mereka sudah paham kala mendapatkan edukasi khususnya cara bermain dengan aman dan bahayanya.
Bernie menuturkan, anak usia sekolah dan remaja termasuk yang dibolehkan memainkannya karena tahu bahayanya dan memiliki kemampuan untuk mengontrol yakni motor halus dan kasar. Mereka juga mengerti apa yang disampaikan orang tua tentang bahaya dan bagaimana cara bermain yang benar.
Karena sebenarnya lato-lato juga dapat melatih daerah tangan, dari lengan sampai jari-jari dan melatih tangan bergerak. Permainan yang pernah populer pada tahun 1960 hingga 1970-an itu juga melatih ketepatan yakni bagaimana seorang anak bisa memperkirakan bola ini bisa bertemu, konsentrasi dan keseimbangan.
"Pada usia sekolah atau usia remaja tentunya boleh. Tetapi, ada pendampingan orang tua. Jadi anak mengerti. Atau kalau belum terampil jangan terlalu kencang dulu nanti bisa mencederai diri sendiri," kata Bernie.
Di sisi lain, orang tua perlu tetap melakukan pendampingan serta memilih bahan lato-lato agar tak membahayakan anak, semisal bukan dari bahan mudah pecah seperti di masa lalu.
Bernie mengatakan, jika semakin cepat dan kuat kedua bola berbahan mudah pecah dibenturkan, maka akan menyebabkan luka.
"Dulu dibuat dari glass, kemudian diganti dengan bahan yang lebih aman. Kalau bahannya aman itu tidak apa-apa. Bagaimana bisa menyebabkan lebam? Kalau mengenai tubuh anak itu akan mudah lebam," demikian kata dia.
Baca Juga: Guru SDN Sobrah di Madiun Larang para Siswa Bawa Lato-Lato ke Sekolah
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.