JAKARTA, KOMPAS.TV - Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel sangsi Putri Candrawathi benar-benar mengalami pemerkosaan oleh Nofriansyah Yosua Hutabara atau Brigadir J di Magelang.
Sebab menurut Reza Indragiri, pemerkosaan adalah kejahatan yang berdampak serius dan korbannya perlu tahapan-tahapan untuk sampai korban bertemu dengan pelaku.
Demikian Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel dalam keterangannya kepada KOMPAS TV, Selasa (13/12/2022).
“Kita pahami perkosaan sebagai kejahatan yang berdampak sangat serius. Saking seriusnya, sebagian ilmuwan menggunakan istilah 'rape trauma syndrome' untuk membedakannya dengan post trauma stress disorder,” ujar Reza Indragiri.
“Sebutan sespesifik itu dipakai sebagai penegasan bahwa trauma akibat perkosaan memang berbeda dan lebih parah ketimbang trauma akibat kejadian-kejadian lainnya.”
Baca Juga: Richard Eliezer Bersaksi untuk Terdakwa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi Hari Ini
Sementara dalam kasus ini mengacu pada rekonstruksi peristiwa dan kesaksiaan Ricky Rizal Wibowo, Putri Candrawathi yang klaim diperkosa masih sempat memanggil Nofriansyah Yosua Hutabarat dan berbicara berdua di kamar.
Padahal lazimnya, kata Reza Indragiri, ada setidaknya dua tahapan korban pemerkosaan sebelum akhirnya siap bertemu pelaku.
“Tahap-tahap pulih dari trauma akibat kejahatan seksual, mengatasi perasaan takut, memulihkan ingatan, dan reconnecting to others,” kata Reza Indragiri.
Menjadi pertanyaan bagi Reza Indragiri, apakah secepat itu Putri Candrawathi bisa langsung pulih dari trauma dan melompat ke fase ketiga.
“Dan reconnecting to others itu adalah berinteraksi kembali dengan orang yang ia sebut telah menjahatinya secara seksual beberapa menit sebelumnya,” ucap Reza Indragiri.
Baca Juga: Kuasa Hukum Eliezer Bongkar Kebohongan Putri Candrawathi dari Gelang yang Dipakainya
“Ringkasnya, singkat sekali jeda waktu sejak momen PC diperkosa sampai kemudian PC mau bertemu lagi dengan pelaku perkosaan tersebut. Masuk akalkah?” tanya Reza Indragiri.
Lebih lanjut, Reza juga mempertanyakan soal obrolan yang dilakukan Putri Candrawathi dengan almarhum Nofriansyah Yosua Hutabarat di kamar selama 15 menit.
Reza menduga obrolan itu terjadi di mana satu pihak dengan relasi kuasanya mengendalikan pihak lain.
“Kemungkinannya, itu merupakan obrolan di mana satu pihak mengendalikan pihak lain. Dalam obrolan yang diwarnai relasi kuasa semacam itu, didiktekanlah skenario untuk menutup-nutupi apa yang telah terjadi. Skenario itu yang terwakili oleh perkataan Y saat ia dipanggil FS, "Kenapa, Pak? Ada apa, Pak?",” kata Reza Indragiri.
Pada titik itulah, lanjut Reza, boleh jadi PC berpikir tentang menyelamatkan dirinya sendiri. Strategi yang ia lakukan adalah relabelling, sehingga terjadilah tuduhan atau narasi palsu (false accusation) tentang apa yang Yosua lakukan.
Baca Juga: Hasil Poligraf, Putri Candrawathi Diindikasi Bohong Saat Jawab Tak Ada Hubungan Asmara dengan Yosua
“Tragisnya, relabelling itu lantas ditelan bulat-bulat oleh FS. Pengalaman investigasinya selaku anggota Polri tak berfungsi. Relasi kuasa akhirnya makan korban, Yosua kehilangan nyawa,” ucap Reza.
“Sekali lagi, sampai sekarang saya masih sangsi betul akan adanya perkosaan di Magelang. Tapi karena narasi tentang kejahatan seksual itu terus saja dipaksakan harus ada, maka saya justru berpendapat Y bukanlah pelaku dalam narasi perkosaan itu.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.