JAKARTA, KOMPAS.TV – Bencana gempa bumi di Cianjur telah menelan 271 korban jiwa dan 2.043 orang luka. Selebihnya, laporan hingga Kamis (24/11/2022) menyebut, masih ada sebanyak 40 orang hilang.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam laman resmi BMKG, Rabu (23/11) menuturkan, perlu dipahami dalam peristiwa ini bahwa banyaknya korban jiwa dan luka-luka dalam gempabumi Cianjur bukan diakibatkan guncangan gempabumi, melainkan karena tertimpa bangunan yang tidak sesuai dengan struktur tahan gempabumi.
Namun demikian, ada pula korban yang akhirnya ditemukan selamat meski tertimbun reruntuhan. Kisah Azka misalnya, bocah 7 tahun yang berhasil diselamatkan dengan keadaan masih hidup di antara reruntuhan setelah tiga hari pencarian.
Lantas, berapa lama seseorang bisa bertahan hidup dalam keadaan reruntuhan? Tentu banyak faktor yang mempengaruhi peluang untuk survival. Mulai dari suplai makan-minum, udara, luka yang dialami hingga kondisi fisik dan mental korban.
Melansir dari BBC, para ahli mengatakan beberapa faktor menjadi kunci untuk bertahan hidup, termasuk akses air dan udara.
Kelangsungan hidup sangat bergantung pada apa yang terjadi saat gempa pertama kali terjadi atau bangunan runtuh, jika Anda terjebak di area yang memiliki pasokan oksigen dan air dari dunia luar.
Situasinya tentu akan lebih sulit bagi orang-orang yang terluka di bawah reruntuhan.
Baca Juga: Ayahanda Mengaku Sudah Ikhlaskan Azka Usai 3 Hari Tertimbun Longsor, Keajaiban pun Datang
Selain itu, terperangkap di ruang tertutup berarti juga berkaitan dengan peningkatan suhu dan peningkatan karbon dioksida, yang jika mencapai tingkat yang terlalu tinggi, dapat menyebabkan mati lemas.
Jika calon penyintas tidak terluka, memiliki pasokan udara, dan berada di ruang yang memadai - betapapun kecilnya, hal berikutnya yang menjadi kunci untuk bertahan hidup adalah akses air.
Sulit untuk mengatakan berapa lama orang dapat bertahan hidup tanpa hidrasi. Beberapa perkiraan megatakan rata-rata berkisar antara tiga dan tujuh hari.
Hal ini juga bergantung pada suhu area tempat Anda terperangkap. Hal ini menentukan berapa banyak cairan yang hilang melalui keringat dan faktor tingkat kebugaran seseorang.
Merujuk artikel lain dari Medical Express, berdasarkan British Medical Journal menyebutkan, secara umum manusia bisa bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama, yakni 30-40 hari tanpa makanan.
Hal itu bisa terjadi sepanjang orang itu terhidrasi dengan baik. Gejala kelaparan yang parah sebagai akibat tidak makan ini akan muncul mulai hari ke 35-40.
Baca Juga: Cerita Nurhayati Korban Gempa Cianjur Bertahan 4 Jam di Reruntuhan, Berharap Malaikat Menolong
Sementara, kematian akibat kelaparan ini bisa terjadi pada hari ke 45-61. Pada umumnya, penyebab kematian yang terjadi pada kasus kelaparan ekstrem ini adalah terjadinya kegagalan fungsi organ tubuh.
Sementara dalam Scientific American, kemampuan seseorang untuk bertahan hidup tanpa makanan ditentukan oleh banyak faktor, seperti berat badan, faktor genetik, kondisi kesehatan, dan ada atau tidaknya dehidrasi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.