SOLO, KOMPAS.TV - Penguatan dan penyebarluasan pandangan Islam berkemajuan merupakan satu dari tujuh agenda yang perlu digarap oleh Persyarikatan Muhammadiyah dalam lima tahun ke depan.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menjelaskan, tujuh agenda yang perlu digarap oleh Persyarikatan dalam lima tahun ke depan agar Muhammadiyah dapat menjadi “leader” atau kekuatan strategis yang berpengaruh dalam memimpin masa depan umat dan bangsa.
Penguatan dan penyebarluasan pandangan Islam berkemajuan merupakan salah satunya.
Sebagai organisasi sosial-keagamaan dan bukan parpol, warga dan pimpinan Muhammadiyah selayaknya tidak disibukkan pada isu-isu yang bukan bidangnya seperti isu politik.
Sebaliknya, mereka dianggap perlu lebih menyibukkan diri pada isu-isu diniyyah atau keagamaan untuk membimbing umat sembari menghambat adanya pengerasan ideologi Islamisme yang cenderung reaktif, ekslusif, dan ekstrim.
“Muhammadiyah penting hadir secara aktif dalam menyebarluaskan dan menawarkan orientasi religius Islam yang di satu pihak dapat menjadi obat penawar kehausan beragama di tubuh umat yang benar secara akidah dan ibadah tetapi juga mampu membimbing umat dalam akhlak dan muamalah yang dinamis, mencerahkan, dan berkemajuan,” pesan Haedar, dikutip dari keterangan tertulis di laman Muhammadiyah.
Baca Juga: Begini Cara Muktamar Muhammadiyah Seleksi Calon Pengurus Periode 2022-2027
Ia berharap, pandangan kosmopolitanisme Islam Muhammadiyah yang berwawasan universal dan global, mampu menjadi pandangan umat agar terhindar dari pribumisasi Islam yang cenderung lokal dan chauvinis.
Termasuk terhindar dari disrupsi akibat revolusi sains yang nampaknya berhadap-hadapan dengan agama.
“Di sinilah pentingnya penguatan dan penyebarluasan pandangan Islam berkemajuan dalam membimbing paham dan praktik keagamaan umat dan masyarakat luas,” ujar Haedar.
Agenda lain adalah peneguhan paham keislaman dan ideologi Muhammadiyah, yang dianggap penting karena selama ini masih banyak kader dan anggota yang tidak sejalan dengan ideologi Persyarikatan.
“Sejumlah kasus orang luar menumpang di organisasi Muhammadiyah kemudian beperkara secara hukum dan lain-lain karena paham Islam dan pemikirannya bertentangan dengan Muhammadiyah. Termasuk anggota, kader, dan pimpinan yang hanya berpikir sendiri dan merasa sudah sejalan dengan Muhammadiyah, padahal sejatinya tidak sejalan,” ungkap Haedar.
Hal-hal seperti ini ke depan diharapkan tidak terjadi lagi. Internalisasi ideologi Muhammadiyah menurutnya harus kuat dilakukan secara sistemik dan menjadi prioritas setiap pimpinan Muhammadiyah dari Pusat hingga Ranting.
Ketiga, memperkuat dan memperluas basis umat di akar-rumput.
Ia menjelaskan, sejak masa Kiai Ahmad Dahlan, komunitas menjadi nyawa Muhammadiyah di desa maupun kota dengan masjid dan ranting sebagai pusat gerakannya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.