JAKARTA, KOMPAS.TV- Ahli Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel menilai victim profiling tentang Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat di sidang pembunuhan berencana beraroma criminal profiling.
Hal tersebut disampaikan Reza Indragiri Amriel yang juga Anggota Pusat Kajian Assessment Warga Binaan Pemasyarakatan, Poltekip, Kemenkumham, terkait sidang pembunuhan Brigadir J.
“Victim profiling itu justru mendiskreditkan Yosua sebagai orang dengan serbaneka tabiat buruk, terlepas apakah profiling itu benar atau tidak dan sifat-sifat buruk Yosua itulah yang seolah membenarkan bahwa Yosua telah melakukan kekerasan seksual,” kata Reza Indragiri Amriel kepada KOMPAS TV, Kamis (10/11/2022).
“Jadi, victim profiling tentang Yosua itu justru beraroma criminal profiling.”
Baca Juga: Cerita Saksi Aryanto: Belum Ada yang Berani Tolak Perintah Ferdy Sambo
Reza mencermati, sejumlah saksi di dalam persidangan diamati begitu kompak dan fasih menyebut watak-watak buruk Yosua.
“Tapi tidak ada satu pun kata sifat yang positif tentang Yosua. 'Hebat' saksi-saksi itu. Mereka punya proses berpikir yang sama, artikulasi spontan yang sama, kosakata yang sama, dan "kelupaan" yang sama untuk menyebut satu kebaikan pun tentang Yosua,” ucap Reza.
“Filter mentalnya seragam, semua isi keterangan mereka pun kelam.”
Reza berharap dalam persidangan dimana Yosua menjadi korban pembunuhan ada fairness dan purposefulness.
Fairness pertama, ujar Reza, tak mungkin ada manusia yang isinya sampah semua.
Baca Juga: Pihak Ferdy Sambo Tuding Brigadir J Berkepribadian Ganda, Yonathan: Kok Lulus Kepolisian
“Jadi, setelah Yosua dilukiskan sebagai manusia dengan sifat-sifat negatif, bolehlah para saksi dan ahli juga dikondisikan untuk tidak bias dan tidak lalai menjabarkan sifat-sifat positif Yosua. Pasti ada. Kecuali jika saksi diajari untuk lupa,” kata Reza.
Lalu Fairness kedua, karena sudah ada victim profiling beraroma criminal profiling tentang Yosua, maka bolehlah di ruang sidang juga disodorkan criminal profiling tentang Ferdy Sambo dan Putri Candrawati.
“Polri butuh criminal profiling itu. Yakni, agar paham dinamika kehidupan Ferdy Sambo lalu mencegah para perwira tinggi menjadi Sambo-Sambo baru,” ujar Reza.
“Masyarakat juga bisa menggunakan criminal profiling itu untuk mewaspadai orang-orang dengan ciri-ciri yang sama, sehingga bisa memperkecil risiko menjadi sasaran pembunuhan berencana.”
Baca Juga: Ronny Talapessy Catat 5 Saksi Diduga Jalankan Orkestra Kebohongan Ferdy Sambo, Ada Susi dan Kodir
Kemudian untuk purposefulness, Reza menuturkan, karena lukisan kelam tentang kepribadian Yosua tampaknya akan untuk menopang tuduhan kekerasan seksual.
Maka, lanjutnya, ahli yang membuat profiling harus bisa menjelaskan bagaimana sifat-sifat Yoshua bisa bersimpul sedemikian rupa mendorong dirinya melakukan kekerasan seksual.
“Tanpa penjelasan, maka profiling itu hanya akan menambah stigma buruk berikutnya terhadap Yosua dan keluarga besarnya,” ucap Reza.
“Betapa menyedihkannya andai profiling hanya menjadi ajang re-viktimisasi terhadap Yosua. Sudah jatuh ditimpakan tangga pula. Sudah ditembak mati, lalu disebut menembak teman, bukan dipulihkan martabatnya, tapi kini justru dipotret dengan sedemikian jeleknya.”
Baca Juga: Penasihat Kapolri: Sidang Obstruction of Justice Tertatih-tatih, Laporan Polisi ke Jaksa Tak Detail
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.