JAKARTA, KOMPAS.TV - Pemerintah memutuskan untuk meningkatkan cukai hasil tembakau (CHT) untuk rokok hingga 12 persen pada tahun 2023 dan 2024, Kamis (3/11/2022).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, keputusan meningkatkan tarif cukai ini diambil untuk mengendalikan konsumsi dan produksi rokok.
“Pada tahun-tahun sebelumnya, di mana kita menaikkan cukai rokok yang menyebabkan harga rokok meningkat, sehingga affordability atau keterjangkauan terhadap rokok juga akan makin menurun. Dengan demikian, diharapkan konsumsinya akan menurun,” jelasnya dikutip dari Sekretariat Presiden.
Baca Juga: Sri Mulyani: Tarif Cukai Rokok Meningkat hingga 12 Persen pada 2023
Pemerintah menargetkan adanya penurunan perokok anak usia 10-18 tahun menjadi 8,7 persen, seperti tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024.
Sri Mulyani mengungkapkan, konsumsi rokok ternyata menjadi konsumsi rumah tangga terbesar kedua setelah beras. Bahkan, konsumsi rokok melebihi konsumsi protein seperti telur dan ayam.
Terakhir, pertimbangan kenaikan cukai ini bahwa rokok adalah konsumsi kedua terbesar dari rumah tangga miskin yaitu mencapai 12,21 persen untuk masyarakat miskin perkotaan, dan 11,63 persen untuk masyarakat pedesaan.
Baca Juga: 1,5 Juta Batang Rokok dan 676 Liter Minuman Keras Ilegal Dimusnahkan di Kantor Bea Cukai Kendari
“Ini adalah kedua tertinggi setelah beras, bahkan melebihi konsumsi protein seperti telur dan ayam, serta tahu, tempe yang merupakan makanan-makanan yang dibutuhkan oleh masyarakat,” jelasnya.
Diketahui, pemerintah memutuskan menaikkan tarif CHT pada golongan sigaret kretek mesin (SKM), sigaret putih mesin (SPM), dan sigaret kretek pangan (SKP) akan berbeda sesuai dengan golongannya pada 2023 dan 2024.
“Rata-rata 10 persen, nanti akan ditunjukkan dengan Sigaret Kretek Mesin (SKM) I dan II yang nanti rata-rata meningkat antara 11,5 persen hingga 11,75 persen, SPM I dan SPM II naik di 12 hingga 11 persen, sedangkan SKP I, II, dan III naik 5 persen,” lanjut Bendahara Negara tersebut.
Baca Juga: Tak Semua Perokok Rentan Kena Kanker Paru-Paru, Kok Bisa? Ini Penjelasan Ahli
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.