JAKARTA, KOMPAS.TV - Peran perempuan pada Hari Sumpah Pemuda jarang dibicarakan di Indonesia.
Padahal, ada tokoh perempuan yang turut berperan dan berpidato di dalam Kongres Pemuda II (kedua) yang terselenggara pada 27-28 Oktober 1928 silam.
Melansir dari Antara, setidaknya ada tiga tokoh perempuan berpengaruh dalam kongres yang melahirkan ikrar Sumpah Pemuda itu.
Siti Soendari merupakan adik bungsu dokter Soetomo. Ia berasal dari kalangan Jawa elite yang berhasil menempuh pendidikan tinggi di Universitas Leiden di Belanda pada tahun 1934.
Ia menjadi perempuan kedua yang berhasil meraih gelar Meester in de Ritchen (Sarjana Hukum) di universitas tersebut.
Pada Kongres Pemuda II, Siti berpidato mengenai rasa cinta Tanah Air. Beliau menekankan bahwa rasa cinta tanah air harus ditanamkan pada perempuan sejak kecil, tidak hanya pada laki-laki saja.
Saat itu Mohammad Yamin selaku Sekretaris Kongres Pemuda II menerjemahkan pidato Siti yang diucapkan dalam bahasa Belanda.
Baca Juga: Ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928: Sejarah hingga Tujuannya
Emma Poeradiredja mengenyam pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) yakni sekolah menengah pertama pada zaman pemerintah kolonial Belanda di Indonesia.
Selama hidupnya, Emma aktif dalam berbagai organisasi yang bergerak di bidang perjuangan kemerdekaan Indonesia dan kesetaraan perempuan.
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.