Menurut dia, bila reshuffle hanya untuk memenuhi syahwat politik berkuasa semata, yang mengedepankan kepentingan kelompok atau golongan, sebagai alat tekan untuk pihak-pihak yang tidak lagi sejalan, sebaiknya diurungkan.
"Lebih baik presiden dan koalisi parpol pendukung pemerintahan fokus saja bekerja mengantisipasi ancaman resesi global 2023. Belum resesi global saja, kondisi rakyat Indonesia sudah susah benar saat ini."
"Harga-harga kebutuhan pokok terus melambung, tetapi penghasilan tak kunjung meningkat," katanya.
Ia berharap Presiden Jokowi dan seluruh menterinya dalam dua tahun terakhir ini fokus memperbaiki nasib rakyat dan memperbaiki iklim demokrasi Indonesia yang semakin tidak kondusif ini. Bukan malah sibuk memikirkan upaya melanggengkan kekuasaan.
"Mungkin Jokowi bisa mencontoh Bapak SBY. Bagaimana Bapak SBY dalam tahun-tahun terakhir pemerintahannya, fokus mengurus negeri dan memikirkan nasib rakyat. Tidak berupaya menentukan dan mengatur-atur siapa sebaiknya calon pengganti beliau," katanya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menjawab isu rencana dilakukannya reshuffle di jajaran Kabinet Indonesia Maju.
Hal ini menjadi perbincangan hangat usai Partai NasDem mengusung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Partai NasDem diketahui memiliki tiga kader yang menjabat sebagai menteri di kabinet Jokowi.
Yakni Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Gerard Plate, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Baca Juga: Jokowi Bicara Reshuffle usai Nasdem Usung Anies, Sekjen: Kami Percaya Presiden Independen
"Rencana selalu ada. Pelaksanaan nanti diputuskan," ujar Jokowi dengan singkat seperti dikutip dari Kompas.com, Kamis (13/10/2022).
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.