JAKARTA, KOMPAS.TV – Dampak dari gas air mata secara umum memang tidak mematikan, tetapi ada sejumlah kasus yang menyebabkan korban meninggal dunia.
Penjelasan itu disampaikan oleh Erlina Burhan, Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan dalam dialog Sapa Indonesia Malam, Kompas TV, Selasa (11/10/2022).
“Secara umum, gas air mata ini tidak mematikan, tetapi ada kasus-kasus yang memang meninggal, walaupun jarang,” jelasnya.
“Itu yang ada laporannya ada dari Bahrain satu kasus, dari Amerika satu kasus, dan kasus terakhir tahun 2018 itu dari Irak,” terangnya.
Erlina menambahkan, penyebab gas air mata mengakibatkan kematian adalah terjadinya kekurangan oksigen pada korban atau orang yang menghirup.
Baca Juga: Kutip Ahli Kimia dan Persenjataan, Polri Sebut Gas Air Mata Tidak Mematikan Meski dalam Skala Besar
Kekurangan oksigen yang terjadi pada tubuh, kata dia, dapat menyebabkan organ-organ mengalami hal yang sama, termasuk kekurangan oksigen di otak.
“Terjadi kekurangan oksigen yang menimbulkan organ tubuh kekurangan oksigen juga, terutama otak. Dan orangnya dirawat, tapi tidak tertolong.”
Ia menjelaskan, dampak dari gas air mata terhadap seseorang sangat tergantung pada empat hal, yakni kondisi lingkungan, kadar atau konsentrasi yang terhirup, waktu atau durasi saat menghirup gas air mata, dan kondisi kerentanan korban.
“Jangan lupa, kerentanan seseorang, apakah dia penderita asma atau bukan.”
“Tapi yang jelas, secara teori, zat kimia yang terdapat pada gas air mata atau cs itu akan menimbulkan iritasi,” tegasnya.
Iritasi itulah yang kemudian bisa memicu timbulnya inflamasi atau peradangan di saluran nafas, dan menyebabkan mukosa saluran napas kemerahan serta sembab atau bengkak.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.