JAKARTA, KOMPAS.TV - Para korban insiden kemanusiaan di Stadion Kanjuruhan, Malang, berpotensi rentan mengalami trauma atau luka psikologis.
Ketua II Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia Ratih Ibrahim mengatakan dukungan psikologis awal (DPA) diperlukan untuk mengatasi potensi tersebut.
"DPA adalah sebuah metode untuk membantu seseorang dalam kondisi distres agar mereka merasa tenang dan didukung guna mengatasi tantangan atau permasalahan mereka dengan lebih baik," jelas Ratih dikutip dari Antara, Senin (3/10/2022).
Tak hanya para korban saja yang berpotensi mengalami trauma, tetapi keluarga korban, hingga penonton pun bisa terdampak.
Baca Juga: Tunggu Hasil Investigasi Tragedi Kanjuruhan, PSSI: Seluruh Klub Sepakat Tunda Kompetisi
"Semakin mengerikan peristiwanya semakin besar dalam intens traumanya. Yang mengalami tidak hanya yang secara langsung mengalami, mereka yang ada di sana, menonton pun bisa tetap terdampak," lanjutnya.
Potensi trauma seseorang yang mengalami langsung dan berada di tempat kejadian berpotensi memiliki trauma yang besar. Bentuknya bermacam-macam seperti histeris atau dihantui ketakutan, tergantung pada tingkat kengerian pada tiap orang.
“Ada yang mungkin menjadi histeris, dihantui ketakutan yang intens terhadap stimulus tertentu. Ada yang sampai secara fisik juga terpengaruh semisal jadi lunglai, jantungnya berdebar-debar kencang, berkeringat dingin dan lainnya,” tutur Ratih.
Baca Juga: Media Dunia Soroti 33 Anak yang Tewas Sia-Sia di Tragedi Kanjuruhan, Murka Dunia di Ambang Pintu
Psikolog klinis di bawah koordinasi IPK Indonesia wilayah Jawa Timur telah melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah untuk memberikan dukungan psikologis bagi korban.
Ratih mengatakan penanganan traumatik memanglah tidak mudah, terutama bagi keluarga korban dan korban. Meski demikian pendampingan menyeluruh tetap harus diberikan.
“IPK Indonesia turut berduka atas tragedi yang terjadi dan berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan psikologis yang dibutuhkan. Semoga para korban segera pulih baik secara fisik maupun psikologis,” ucapnya.
Baca Juga: Suporter Arema Asal Jember Meninggal Di Kanjuruhan, Ada Luka Lebam Di Tubuhnya
Diberitakan sebelumnya kericuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan usai berakhirnya laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10). Akibatnya ratusan orang dilaporkan menjadi korban.
Data terbaru insiden ini mengungkapkan sebanyak 125 orang meninggal dunia. Sementara korban luka berat 21 orang dan luka ringan 304 orang.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.