Baca Juga: Petisi Publik Desak Polisi Setop Penggunaan Gas Air Mata usai Tragedi Kanjuruhan
"Itu yang namanya suporter pasti terpancing emosinya ketika ada temennya ada sahabatnya yang dipukuli," ujar Isnur.
"Apalagi ini kan posisinya enggak ada suporter lawan, tidak ada suporter Persebaya. Ini antara sesama Arema saja gitu."
Selanjutnya, dalam rentetan kejadian itu, Isnur mengatakan yang paling parah adalah respons aparat keamanan dalam melakjkan pendekatan pengamanan terhadap para suporter.
Diketahui, polisi memilih melontarkan gas air mata dalam melakukan pengamanan tersebut. Padahal, oleh FIFA penggunaan gas air mata di stadion sangat dilarang.
Baca Juga: Pengamat: Pengamanan Sepak Bola Berbeda dengan Pengamanan Demo, Tak Boleh Ada Gas Air Mata
"Dan yang paling parah adalah pendekatan yang sangat dilarang oleh FIFA. Belajar dari pengalaman Peru, di mana gas air mata itu sangat fatal," tutur Isnur.
"Tembakkan gas Air Mata itu membuat mereka (penonton) sangat panik dan segera mencari pintu keluar. Lalu terjadilah tumpuk menumpuk, injak menginjak, dorong mendorong, itu yg menurut kami sangat fatal akibatnya "
Menurut Isnur, pendekatan keamanan dalam pertandingan sepak bola seharusnya bisa dilakukan dengan cara berbeda.
"Pendekatan keamanan yang seharusnya berbeda dalam sepak bola," ujarnya.
Baca Juga: Kelanjutan Investigasi Tragedi Kanjuruhan, Polri Periksa Direktur PT LIB hingga Ketua PSSI Jatim
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.