JAKARTA, KOMPAS.TV - Di tengah ancaman inflasi imbas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), harga kacang kedelai impor kembali melambung tinggi.
Sejumlah pengusaha dan perajin tempe dan tahu di Karangasem, Bali terpaksa mengurangi jumlah produksinya.
Hal tersebut dilakukan lantaran mereka khawatir tempe dan tahu yang mereka buat tidak akan laku jika harga dinaikkan.
Biasanya, mereka bisa menghabiskan 100 kilogram (kg) kedelai dalam satu hari produksi. Kini, mereka mengurangi produksi menjadi 75 kg saja.
Baca Juga: Harga Kedelai Impor Meroket, Perajin Susu Kedelai Kelimpungan
Harga satu karung kedelai berukuran 50 kg kini dibanderol dengan harga Rp638 ribu, atau naik Rp100 ribu dari harga sebelumnya.
"Dua kampil itu habis biasanya satu hari, satu kampil 50 kg. Sekarang hanya satu setengah kampil per hari," kata pengusaha tahu, Nurhalimah merujuk ukuran karung kedelai, dalam keterangannya kepada KOMPAS TV.
Sementara itu, Suriani seorang pengusaha tempe mengaku tidak tega menaikkan harga hasil produksi. Lantaran, ia ingin agar masyarakat dengan daya beli rendah, tetap dapat menikmati tempe.
"Produksinya kami kurangi, bukan harga. Biar pembeli terus bisa menikmati tempe. Kelas rendah kan makanannya tempe, seperti kita-kita ini. Kita tipiskan sedikit, biar kita juga dapat untung," kata Suriani.
"Ya masyarakat tahu. Kedelai ini kan diimpor dari Amerika Serikat. Mahal BBM-nya," imbuhnya.
Kenaikan harga kacang kedelai juga mengakibatkan pabrik tempe dan tahu di Serpong, Tangerang Selatan, Banten berhenti produksi nyaris selama satu pekan terakhir.
Sumber : Kompas TV/Tribun Bali
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.