JAKARTA, KOMPAS.TV- Cendekiawan Muslim yang juga Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra meninggal dunia pada Minggu (18/9/2022) di Malaysia dalam usia 67 tahun.
Meninggalnya Guru Besar Universitas Islam Indonesia (UIN) membuat sejumlah tokoh merasa kehilangan. Pasalnya, Kak Edy, demikian biasa disapa oleh koleganya di kampus, termasuk salah seorang yang akademisi yang selalu mengupayakan terjadinya pemahaman di kalangan Islam dan antarkeyakinan.
Baca Juga: Tokoh Politik Kenang Azyumardi Azra, Orang Indonesia Pertama yang Dapat Gelar dari Kerajaan Inggris
Hal itulah yang membuatnya mendapatkan penghargaan dari Ratu Elizabeth II dari Inggris, yang pemakamannya dilakukan hari ini Senin (19/9/2022). Azyumardi mendapatkan gelar kehormatan Commander of the Order of British Empire (CBE) pada September 2010 lalu.
Gelar ini diberikan oleh Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Martin Hatfull di kediamannya pada Selasa, 28 September 2010 silam.
Penghargaan diberikan oleh pemerintah Inggris atas jasa, keberanian dan pelayanan. Penghargaan dari Ratu Inggris ini diberikan karena Azyumardi adalah tokoh yang dinilai penting dalam menjembatani hubungan antarkeyakinan di Indonesia.
Menurut Hatfull, Azyumardi Azra adalah seseorang cendekiawan muslim Indonesia yang telah mendorong pluralisme dan toleransi antar umat beragama dengan dialog antar umat beragama yang sering diadakannya.
“Azra adalah tokoh kunci dalam keyakinan antar umat beragama. Dia telah memberikan model baru dalam hubungan antara Indonesia dan Inggris, yaitu melalui hubungan antarkeyakinan. Hal ini juga penting dalam melawan radikalisme dan ekstremisme,” kata Hatfull.
Apalagi, lulusan Columbia University tahun 1988 ini juga pernah menjabat sebagai salah satu ketua UK-Indonesia Islamic Advisory Group, selain telah mempromosikan pemahaman antar umat beragama, juga dinilai telah ikut andil dalam mempererat hubungan Indonesia dan Inggris.
Sementara Azyumardi Azra mengakui bahwa gelar itu merupakan kehormatan baginya. “Ini merupakan kehormatan yang besar bagi saya dan universitas. Penghargaan ini juga merupakan kehormatan bagi rakyat Indonesia seluruhnya. Saya berterima kasih kepada Ratu dan pemerintah Inggris atas penghargaan ini,” kata lelaki kelahiran Lubuk Alung, Sumatera Barat, 4 Maret 1955 ini.
Menurutnya, Inggris terpikat dengan model toleransi yang dijalankan selama ini. Islam di Indonesia dapat menjadi acuan baru dalam citra keislaman di Inggris. Karena, citra Islam di Inggris hanya mengacu kepada dua negara, yaitu Pakistan dan Arab Saudi.
“Pemerintah Inggris terpesona oleh sistem politik yang ada di Indonesia. Karena Indonesia bukan negara Islam, namun negara dengan falsafah Pancasila," ujarnya.
Baca Juga: Haedar Nashir Ajak Generasi Muda Teladani Pemikiran Azyumardi Azra: Mencerdaskan dan Mencerahkan
Bahkan, pada 2008, dia pernah mendampingi Pangeran Charles (yang kini jadi Raja Charles) yang datang ke Masjid Istiqlal di Jakarta. Kala itu, dia harus menjelaskan banyak hal Islam di Indonesia yang ternyata berbeda dari praktek muslim di Inggris, salah satunya, perempuan yang tampak ada di masjid dan hal itu merupakan hal lumrah di Indonesia. "Not in my country," kata Charles seperti diungkapkan Azyumardi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.