JAKARTA, KOMPAS.TV - Hasil uji polygraph dengan alat pendeteksi kebohongan atau lie detector menunjukkan Bripka Ricky Rizal atau Bripka RR memberi keterangan secara jujur terkait kasus pembunuhan berencana Brigadir Novriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Pengacara Bripka Ricky Rizal atau Bripka RR, Erman Umar menjelaskan dalam pemeriksaan lie detector, kliennya tidak ditanya oleh penyidik melainkan tim ahli dari Puslabfor Polri.
Selama dua jam pertama Bripka RR diberi pengarahan terkait alat dan keterangan yang akan ditanyakan oleh tim ahli Puslabfor Polri.
Baca Juga: Polisi Ungkap Hasil Uji Lie Detector: Bharada E, Bripka RR dan Kuat Ma'ruf Berkata Jujur
Dirinya dan penyidik hanya bisa melihat uji polygraph Bripka RR melalui layar monitor dan tidak bersuara.
Sebelum uji polygraph Erman juga telah meminta kliennya untuk memberi keterangan yang sebenarnya. Sebab, ada kepentingan lain yang ingin digali penyidik lantaran tidak semua kasus menggunakan lie detector.
"Saya sampaikan ini mungkin terkait informasi yang bias sehingga penyidik perlu bantuan alat teknologi yang kira-kira tidak 100 persen tetapi bisa membantu proses penyidikan. Itu saya sampaikan," ujar Erman di program Kompas Petang KOMPAS TV, Rabu (7/8/2022).
Erman menjelaskan diriya tidak mengetahui apa saja yang diminta dari Bripka RR dalam proses uji polygraph.
Baca Juga: Detik-Detik Kemunculan Bharada E, Bripka RR dan Kuat Maruf ke Rekonstruksi Berbaju Tahanan
Namun Erman memastikan sebelum uji polygraph, Bripka RR sudah memberikan keterangan yang sebenarnya terkait penembakan Brigadir J.
Hal pertama yang dijelaskan, Bripka RR tidak tahu berapa kali Bharada E melakukan penembakan terhadap Brigadir J.
Kedua, kliennya hanya melihat sebagian peristiwa penembakan Brigadri J. Saat peristiwa penembakan dirinya menuju dapur karena ada panggilan dari handy talky dari ajudan lain bernama Ronald.
Baca Juga: Selain Tak Ada Perlawanan dari Putri, LPSK Ungkap Sejumlah Kejanggalan Lain dari Dugaan Pelecehan PC
Setelah kembali ke tempat semula, dirinya melihat Irjen Ferdy Sambo sudah menembak ke arah dinding.
"Dapur itu ada lemari es yang tinggi, saat dia berbalik dia lihat Richard sudah selesai, tapi dia melihat Pak Sambo melakukan tembak dinding," ujar Erman.
Begitu juga terkait dugaan pelecehan seksual terhadap Putri Candrawathi di Magelang.
Pertama pada 5 Juli, kliennya diminta untuk mengantar perlengkapan dan kebutuhan anak Irjen Sambo yang bersekolah di Taruna Nusantara.
Baca Juga: Soal Dugaan Pelecehan Seksual terhadap Putri Candrawathi, Bareskrim Sebut Tak Ada CCTV di Magelang
Kliennya pergi bersama Kuat Ma'ruf, sopir dari keluarga Irjen Sambo. Setelah perlengkapan selesai dikirim, anak Irjen Sambo menghubungi Putri bahwa ada kebutuhan yang kurang.
Untuk perjalanan kedua ini Brigpka RR berjalan bersama Bharada E.
"Saat di sekolah Bripka RR menemui pamong yang mengrus kepentingan sekolah anak Pak Sambo, pada saat mereka mengurus, berdering telepon ibu PC ke Richard untuk kembali," ujar Erman.
Sampai di rumah ia menuju ruang atas, dan melihat Susi menangis di tangga. Kemudian menuju kamar Putri Candrawathi yang sedang berbaraing.
Baca Juga: Baru Terkuak! CCTV Saat Sambo Panggil Bripka RR dan Bharada E di Saguling III
"Di sini Ibu PC tanya dimana Yosua," ujar Erman.
Di momen lain, kliennya juga melihat perselisihan antara Kuat dan Brigadir J. Setelah itu kliennya menanyakan hal yang terjadi saat dirinya pergi. Namun tidak mendapat jawaban yang jelas dari Brigadir J maupun Kuat.
"Soal pelecehan ini RR ini tidak tahu kejadiannya," ujar Erman.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.