Lebih lanjut, menurut FAO, hampir setengah dari buah dan sayuran terbuang atau hilang, bahkan sebelum sampai ke piring konsumen di kawasan Asia-Pasifik.
Menurut FAO, makanan yang terbuang paling banyak ditemukan pada tanaman, terutama sereal.
Sementara sektor pangan yang paling tidak efisien, karena banyak terbuang (menyusut) dalam rantai pangan adalah buah dan sayur.
Aryal menyatakann bahwa terbuangnya pangan sering kali disebabkan berbagai keterbatasan manajerial dan teknis dalam teknik panen, penyimpanan, transportasi, pengolahan, fasilitas pendinginan, infrastruktur, pengemasan dan sistem pemasaran.
Untuk menanggulanginya, FAO pun akan memberikan bantuan teknis kepada Kementan untuk mengeksplorasi hambatan dalam mengurangi susut dan terbuangnya pangan pada komoditas hortikultura yang mudah rusak.
Kajian FAO bersama Kementan akan berfokus pada tiga komoditas terpilih, yakni cabai di Banyuwangi, Jawa Timur; bawang merah di Brebes, Jawa Tengah; dan kubis di Cianjur, Jawa Barat.
Penelitian ini akan dilakukan mulai September 2022 hingga Januari 2023.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang titik susut dan terbuangnya pangan yang kritis dan solusi untuk mengatasinya pada tahap produksi hingga mencapai pasar grosir.
Hasil studi mendalam terhadap ketiga komoditi tersebut juga akan dijadikan model bagi studi-studi selanjutnya di berbagai komoditi yang berisiko mengalami penyusutan.
Baca Juga: Jokowi Bilang 800 Juta Orang Berpotensi Kelaparan, Minta Semua Lahan Diproduktifkan
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.