JAKARTA, KOMPAS.TV - Masyarakat Batavia (kini Jakarta) dihebohkan oleh ditangkapnya seorang petinggi polisi berpangkat Komisaris Besar (hoofdcommisaris), bernama Van Rossen. Dia ditangkap karena menerima suap dari para penjudi dan pemilik bisnis pelacuran. Bukan hanya itu, dia juga dituduh menyelewengkan anggaran kepolisian.
“Van Rossen mengaku bersalah dan ditahan,” tulis Marieke Bloembergen yang menulis buku "Polisi Zaman Hindia Belanda dari Kepedulian dan Ketakutan" (terbitan KOMPAS, 2011).
Marieke menjelaskan, Van Rossen awalnya seorang polisi yang bersih dan berprestasi. Dia datang ke Batavia pada 1918 untuk menggantikan tugas Kombes Pol Boon.
Sosok Van Rossen yang bersih dan berprestasi bahkan diakui oleh Gubernur Jenderal Limburg Stirum, yang dimuat dalam koran De Graeff pada 27 Februari 1918.
Baca Juga: Johan Budi Soroti Oknum Polisi Nakal saat RDP Bersama Kapolri: Jangan Dimutasi, Pidanakan!
Tidak heran bila Van Rossen diminta langsung oleh Limburg Stirum untuk datang ke Batavia. Salah satu alasannya, selain bersih, kala itu Hindia Belanda belum memiliki kepolisian yang tertata sistemnya. Termasuk sistem keuangannya.
Saat bertugas, Van Rossen memang membenahi kepolisian. Misalnya, dia minta agar kepolisian diberi seragam lapangan yang bersih, kuat, dan tidak mudah kotor.
Namun, setelah bertugas di Hindia Belanda selama beberapa tahun, Van Rossen diam-diam melakukan upaya memperkaya diri sendiri. Dengan kewenangan yang dimiliki, ia memainkan pos anggaran kepolisian. Modusnya dengan mengalihkan sebagian uang yang tersedia karena kekosongan jabatan.
Bukan hanya itu, dia juga menerima uang suap dari pemilik judi dan pelacuran di kawasan Senen.
Tidak mengherankan bila pada akhir tahun 1922, van Rossen sudah punya sebuah mobil merah bermerek Hudson, rumah mewah, dan vila di Negeri Belanda.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.