JAKARTA, KOMPAS.TV – Bendera Proklamasi yang dikibarkan pada 17 Agustus 1945, dijahit oleh Fatmawati. Namun, Fatmawati, istri Soekarno, sudah menjahitnya pada Oktober 1944, ketika mengandung anak pertama, Guntur Soekarnoputra.
Dalam kondisi hamil tua dan tidak diperbolehkan menggunakan mesin jahit karena bisa menganggu kehamilannya, akhirnya bendera itu dijahit dengan mesin jahit tangan.
Meski demikian, tak mudah baginya untuk mendapatkan kain tersebut. Waktu zaman revolusi itu, kain merah-putih susah didapatkan.
"Fatmawati yang kesulitan mencari bendera lantas berunding dengan Bung Karno. Saat itu Bung Karno usul untuk minta bantuan," tulis Abraham Panumbangan dalam Buku The Uncensored of Bung Karno hal.47.
Beruntung ia mendapatkan bantuan dari Shimizu.
Shimizu adalah seorang tokoh Jepang ditunjuk oleh Pemerintah Jepang sebagai perantara dalam perundingan Jepang-Indonesia.
Harian Kompas 16 Agustus 1975 menuliskan, kain tersebut diantarkan langsung ke rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur.
Karena kondisi kandungannya sudah mendekati kelahiran, dokter melarang Fatmawati untuk menggunakan mesin jahit kaki.
Fatmawati pun menjahitnya bendera merah putih tersebut selama hari. Bendera tersebut menjadi yang terbesar di Jakarta setiap kali dikibarkan di halaman rumahnya.
Setahun kemudian, bendera hasil jahitan Fatmawati itu digunakan ketika upacara Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.