“Jadi ini memang sengaja untuk mendorong kyai-kyai kita berdiskusi dengan tema yang dengan cakupan besar,” tambahnya.
Tujuan kedua, kata Ulil, untuk mendorong kyai-kyai ini agar menghadapkan atau mempertemukan antara kitab-kitab fikih dan kitab-kitab lain yang ada di pesantren dengan kenyataan-kenyataan peradaban yang baru.
Halaqah ini nantinya diselenggarakan dengan lima tema besar, yang akan kita dibagi ke 250 wilyah di seluruh Indonesia.
“Tema pertama adalah mengenai fikih siyasah kita dan konteks negara bangsa. Jadi, negara bangsa, seperti Indonsia merupakan suatu realitas peradaban baru yang harus dijawab oleh para kyai-kyai kita.”
“Kedua, adalah fikih siyasah kewarganegaraan. Jadi di kalangan para kyai ini ada pembahasan di dalam fikih yang khusus mengenai soal kenegaraan,” lanjutnya.
Hal ini, ungkap dia, adalah pembahasan yang luas, dalam, kaya, dan menarik.
Tema pertama adaah fikih siasah dan konteks negara bangsa, kemudian yang kedua adalah fikih siasah NU dan masah kewarganegaraan, ketiga adalah mengenai fikih siasah dan masalah perang dan damai, yaitu bagaimana hubungan antarnegara, bagaimana membangun perdamaian agar terhindar dari perang.
Baca Juga: Gus Samsudin Disorot, PBNU Angkat Bicara: Jangan Mudah Tertipu Konten
“Terakhir adalah fikih siasah dengan masalah kaum minoritas.”
“Ini adalah tema-tema besar yang akan dibahas di dalam serial fikih peradaban,” ucapnya.
Puncak dari serial halaqah dari 250 halaqah ini, menurut Ulil, adalah muktamar internasional fikih peradaban.
Muktamar ini akan diselenggarakan pada Bulan Februari, bertepatan dengan satu abad NU menurut kalender Hijriah.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.