JAKARTA, KOMPAS. TV – Kementerian Kesehatan RI mencatat sudah ada total 70 kasus dugaan hepatitis akut atau hepatitis misterius di Indonesia. Sebanyak 70 kasus ini tersebar di 21 provinsi.
Hal ini disampaikan Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril dalam keterangan daring, Jumat (24/6/2022).
Dia juga menyebut sebaran kasus paling banyak terjadi di DKI Jakarta.
“Situasi di Indonesia total 70 kasus kumulatif dugaan hepatitis akut di 21 provinsi,” ujar Mohammad Syahril.
Baca Juga: Antisipasi Hepatitis Misterius, Disdikpora Bantul Batasi Jajanan di Luar Pagar Sekolah
Syahril juga menyatakan di seluruh dunia tercatat 650 kasus probable hepatitis akut. Paling banyak terjadi di Inggris.
Dari 70 kasus probable di Indonesia, Kemenkes RI menginvestigasi sebanyak 30 kasus-kasus ini menimpa anak-anak.
Sebanyak 16 anak telah diperiksa lebih lanjut, diantaranya 8 orang berusia di antara 0 -5 tahun.
Ada 6 kasus probable menimpa anak berusia 6 – 10 yahun dan dua orang anak berusia antara 11 -1 16 tahun.
Baca Juga: Waspada Hepatitis Akut Balita Probable
Menurut dia, kebanyakan kasus probable hepatitis ini memiliki gejala demam, mual, muntah kuning, gatal dan hilang nafsu makan.
Hingga kini, lanjut Syahril, belum ada konfirmasi termasuk dari Organisasi Kesehatan Dunia PBB atau WHO soal penyebab dari penyakit misterius ini.
Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia atau IDI, Muhammad Adib Khumaidi menegaskan, pola penularan penyakit hepatitis akut berbeda dengan Covid-19.
Untuk hepatitis akut, penularannya dikarenakan mengkonsumsi makanan yang tidak bersih dan sehat.
Baca Juga: Cegah Hepatitis Akut PMI Gencar Promosi Kesehatan
Berdasarkan data yang dimiliki IDI, selain di Jakarta, ada beberapa daerah yang terserang hepatitis akut. Namun, pihaknya belum mengetahui secara pasti berapa jumlah penderita hepatitis.
"Mekanisme penularan hepatitis ini bukan seperti covid ya. Karena penularannya lebih dari metal oral, dari makanan yang utama," ujar Muhammad Adib Khumaidi.
Pengurus Besar IDI meminta peran orangtua untuk selalu tanggap dalam menperhatikan pola makan anaknya, terutama anak di bawah 10 tahun. Makanan yang dikonsumsi harus matang dan bersih sehat dan bergizi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.