JAKARTA, KOMPAS.TV- Presiden Joko Widodo atau Jokowi terlihat menggenggam erat tangan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri.
Genggaman erat Jokowi dilakukan saat Megawati menuju mobil seusai menghadiri pelantikan anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) periode 2022-2027, Selasa (7/6/2022).
Potret keakraban Presiden Jokowi dan Megawati itu pun seolah dilakukan untuk menjawab tudingan hubungan keduanya yang tidak harmonis.
Sebab, Presiden Jokowi tidak hanya mengantarkan Megawati ke mobil.
Jokowi juga terlihat beberapa kali berbincang dengan Megawati sebelum pelantikan BPIP.
Bahkan setelah pelantikan BPIP, Jokowi kembali bertemu Megawati empat mata.
Baca Juga: Besok, Jokowi Bertemu Ribuan Petani dalam Syukuran Hasil Bumi di Batang, Jawa Tengah
Menurut Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, pertemuan keduanya berlangsung akrab dan penuh kegembiraan.
“Saya dan Mas Pramono Anung menyaksikan sebelum dan sesudah pelantikan Dewan Kehormatan dan Pengurus BPIP yang berbicara akrab penuh kegembiraan,” kata Hasto dalam keterangan tertulis, Selasa (7/6/2022).
“Bahkan setelah acara pelantikan, Pak Jokowi dan Bu Mega berbicara empat mata, dan pada saat menuju mobil Pak Jokowi menggandeng tangan Bu Mega,” tambah Hasto.
Menurut Hasto banyak orang tidak tahu jika hubungan Presiden Jokowi dengan Megawati baik-baik saja.
Baca Juga: Hadiri Pelantikan BPIP, Megawati Tampak Berbincang dengan Presiden Jokowi
Tapi Hasto memahami, hal itu memang sering dikeluarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, terlebih menjelang Pemilu 2024 ini.
“Banyak yang tidak tahu, bahwa Ibu Mega dan Pak Jokowi secara periodik berbicara intens membahas persoalan bangsa dan negara,” ujarnya.
“Semua dilakukan tertutup dalam suasana khusus agar mengalir gagasan jernih, mendalam, karena terkait masa depan bangsa dan negara,” lanjutnya.
Dalam keterangannya, Hasto pun memastikan jika Presiden Jokowi dan Megawati mempunya hubungan mendalam, dipandu oleh kesesuaian tentang arah masa depan bangsa dan dilandasi hubungan batin yang kuat.
“Bagi yang biasa menabuh genderang politik, biasanya yang ada hanya akal politik, karena itulah tidak mampu melihat kedekatan dalam suasana batin,” papar Hasto.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.