JAKARTA, KOMPAS.TV- Tanggal 21 Mei 1998 yang dikenal sebagai hari ketika Soeharto mundur sebagai presiden, sering disebut dengan istilah "lengser".
Istilah ini memang diucapkan mantan Pangkostrad itu, dalam perayaan ulang tahun Golkar.
Soeharto duduk sebagai Ketua Dewan Pembina dan Golkar adalah kekuatan utama pendukung Soeharto.
Saat itu, 20 Oktober 1997, di hadapan pengurus Golkar, Soeharto menyatakan bahwa ia ingin mundur.
"Saya akan menempatkan diri sebagaimana dalam falsafah pewayangan yaitu lengser keprabon madeg pandito", ujar Soeharto kala itu.
Dikutip dari situs Berkarya yang dikelola oleh Universitas Negeri Malang (UNM), makna "lengser keprabon madep pandito ratu" adalah suatu ungkapan bahasa Jawa yang memiliki arti bahwa setiap pemimpin atau penguasa—yang sudah mengakhiri masa kekuasaannya—diharapkan banyak beribadah mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Kuasa—untuk bertobat.
Dalam kisah Mahabarata versi Wayang Purwa/Wayang Jawa, lelakon/lelaku/perilaku semacam itu, salah satunya dicontohkan oleh Begawan Abiyoso kakek Pendawa dan Kurawa.
Setelah menyelesaikan tugas dan menyerahkan tahta Kerajaan Hastina Pura kepada Raden Pandu Dewanata, putra ke-2 nya, beliau meninggalkan istana dan bermukim di pertapaan.
Baca Juga: Hari Ini 24 Tahun Silam: Soeharto Lengser, Parpol Menjamur dan Presiden Tak Boleh Seenaknya Berkuasa
Ungkapan Soeharto itu menjadi perbincangan banyak kalangan.
Bukan saja tokoh politik bahkan masyarakat biasa.
Maklum, Soeharto sudah berkuasa selama 32 tahun dan kondisi Indonesia kala itu sedang memasuki krisis ekonomi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.