SOLO, KOMPAS.TV — Gesang Martohartono atau lebih dikenal Gesang merupakan seorang maestro keroncong Indonesia yang melegenda.
Namanya makin dikenal dunia, ketika satu lagu ciptaannya berjudul "Bengawan Solo" pada tahun 1940 sering dinyanyikan oleh penjajah Jepang.
Bahkan, lagu yang dibuat Gesang pada usia 23 tahun itu menjadi lagu favorit para musisi di Jepang untuk dinyanyikan.
Tak berhenti di situ, "Bengawan Solo" kemudian makin melegenda di dunia setelah diterjemahkan ke dalam 13 bahasa termasuk Jepang, Inggris, Rusia, dan Mandarin.
Berkat lagu "Bengawan Solo" juga kemudian Gesang berkesempatan keliling Asia. Bahkan Gesang pernah diundang dalam festival salju Sapporo di Jepang atas undangan persahabatan antara Sapporo dengan Indonesia pada 1980.
Sebagai bentuk penghargaan atas jasanya terhadap perkembangan musik keroncong, Jepang kemudian mendirikan Taman Gesang di dekat Bengawan Solo pada tahun 1983.
Adapun pengelolaannya didanai oleh Dana Gesang, sebuah lembaga yang didirikan untuk Gesang di Jepang.
Sebagai seorang komponis, pria kelahiran Surakarta, 1 Oktober 1917 ini tercatat sudah melahirkan puluhan anak rohani yang abadi hingga kini.
Baca Juga: Haul Gesang Pencipta "Bengawan Solo" Diperingati Hari Ini, Sejumlah Seniman Bakal Hadir
Selain "Bengawan Solo", berikut ini karya yang pernah ia gubah dan masih terus dinyanyikan oleh para penyanyi Indonesia.
"Jembatan Merah", "Saputangan", "Dunia Berdamai", "Si Piatu", "Roda Dunia", "Tembok Besar", "Seto Ohashi", "Pandanwangi", "Kalung Mutiara", "Pemuda Dewasa", "Borobudur", "Sebelum Aku Mati", "Bumi Emas Tanah Airku", "Urung", "Kemayoran".
Lalu, "Impenku", "Kacu-kacu", "Tirtonadi", "Sandhang Pangan", "Nusul", "Nawala", "Pamitan", "Caping Gunung", "Ali-ali", "Andheng-andheng", "Luntur", "Dongengan", dan "Jago Kluruk".
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.