JAKARTA, KOMPAS.TV - Sejak 27 April 2022 hingga hari ini, Rabu (11/5/2022), sebanyak 15 kasus Hepatitis Akut Misterius telah terdeteksi di tanah air.
Bahkan, terbaru Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan jumlah pasien meninggal yang diduga akibat penyakit tersebut bertambah dari sebelumnya tiga orang menjadi lima orang.
Kendati demikian, Ikatan Dokter Anak Indonesia belum ada rencana untuk mengeluarkan rekomendasi penundaan pembelajaran tatap muka (PTM) sebagai upaya pencegahan wabah hepatitis akut berat yang menyerang anak-anak.
"Kita akan terus lakukan kajian (PTM), seperti apa intensitas dari kasusnya. Tapi sementara ini IDAI belum bisa mengeluarkan rekomendasi untuk menunda PTM," kata Ketua IDAI Piprim Basarah dalam webinar yang digelar IDAI dengan tema Antisipasi Penyakit yang Muncul Setelah Lebaran, Selasa (10/5).
Untuk diketahui, penyakit pada anak-anak itu disebut sebagai Hepatitis Akut Misterius lantaran penyakit tersebut memiliki kemiripan dengan hepatitis, namun hingga kini belum bisa dipastikan oleh tenaga medis.
Tenaga medis baru menyimpulkan perdasarkan gejala yang dialami anak-anak tersebut sebelum meninggal dunia. Namun belum ada penelitian lebih mendalam terhadap penyakit itu.
Piprim kemudian mengimbau para orangtua untuk lebih waspada saat anaknya hendak melakukan PTM.
Protokol kesehatan pada anak, lanjut dia, harus terus diterapkan dengan disiplin guna mencegah terinfeksi hepatitis akut yang hingga kini belum diketahui pasti penyebabnya.
"Hanya memang waspada saat anak-anak yang PTM dan protokol kesehatan harus tetap dilakukan oleh anak-anak kita," tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua UKK Gastro-Hepatologi IDAI Muzal Kadim mengatakan, meski kasus hepatitis akut berat terus bertambah, namun belum cukup bukti wabah tersebut sampai harus menunda pelaksaan PTM.
Baca Juga: Kemenkes: Orang Dewasa Bisa Tertular Virus Hepatitis Akut Berat
"Sampai saat ini kan memang belum dikeluarkan rekomendasi untuk PTM ya, belum cukup untuk bukti-buktinya, karena buktinya sampai sekarang juga belum jelas apakah memang hepatitis akut berat. Di laboratorium juga masih diperiksa, masih pending," ujar Muzal.
Mengingat, kata dia, pemeriksaan untuk adenovirus yang diduga sebagai salah satu faktor yang menjadi penyebab hepatitis akut ini pun juga tidak mudah.
"Di laboratorium juga masih diperiksa, masih pending, karena tidak semua laboratorium itu bisa kita lakukan pemeriksaan, termasuk adenovirus itu juga tidak mudah untuk memeriksanya ya. Dan untuk saat ini belum dikeluarkan rekomendasi resminya untuk PTM dari segi kasus ini ya," ungkapnya.
Namun, jika kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) berpotensi meluas, Muzal mengatakan, tidak menutup kemungkinan akan mempertimbangkan kembali PTM.
"Ini memang terus berjalan, bisa saja 1-2 hari kita keluarkan (penundaan PTM) itu kalau memang perlu. Bukan berarti menunggu kasus lebih parah, tapi memang saat ini belum cukup kuat untuk dilakukan PTM tersebut. Waktu Covid juga demikian, perlu bukti-bukti dulu. Karena PTM ini kan bukan sesuatu yang sepele juga," ucap dia.
Diberitakan sebelumnya, Juru Bicara Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, sebanyak 15 kasus dugaan hepatitis akut terdeteksi di 5 provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat dan Bangka Belitung.
"11 orang DKI Jakarta, Sumatera Barat 1, Jawa Timur 1, Bangka Belitung 1 dan Jawa Barat 1," ujar Nadia dikutip dari Kompas.com, Rabu.
Sementara untuk 5 pasien yang meninggal dunia itu dilaporkan di DKI Jakarta, Jawa Timur dan Sumatera Barat.
Sejauh ini pemerintah belum memastikan apa sejatinya penyakit yang menyerang anak-anak itu, maupun apa penyebab hepatitis aku yang dianggap misterius itu.
Baca Juga: Kemenkes Ungkap Korban Meninggal Dunia Akibat Hepatitis Akut Bertambah Jadi 5 Orang
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.