SOLO, KOMPAS.TV — Pertemuan Putra Presiden Joko Widodo yang juga Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, dengan sejumlah pimpinan partai politik memunculkan spekulasi adanya negosiasi politik. Terlebih pertemuan itu berlangsung di tengah munculnya spekulasi akan adanya reshuffle kabinet pada pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Pimpinan partai politik yang terakhir kali diketahui bertemu Gibran adalah Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan. Berdasarkan hal itu, Dosen Psikologi Politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Moh Abdul Hakim menyebut bahwa pertemuan itu sebagai hal tak biasa.
"Itu tanda proses negosiasi politik reshuffle kabinet masih berlangsung," kata Abdul Hakim seperti diwartakan TribunSolo.com, dikutip Selasa (29/3/2022). "Jika ingin mendapat kursi di kabinet, PAN dituntut untuk memberikan imbalan politik yang sepadan."
Menurut Hakim, pertemuan dengan putra sulung Presiden Jokowi tersebut menarik karena Gibran dinilai memiliki peran penting dari proses negosiasi.
Baca Juga: Maraton Bertemu Ketua Parpol, Gibran Akui Ada Pembicaraan Soal Pilgub DKI Saat Bertemu Zulhas
Hakim juga menyoroti perkataan Zulkili Hasan yang menitipkan NU dan Muhammadiyah.
"Itu diartikan, jika PAN sedang berusaha menjaga dukungan organisasi dan jamaah NU dan Muhammadiyah kepada pemerintah," ujarnya.
Gibran Rakabuming Raka bertemu dengan Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan di Loji Gandrung Solo, Jawa Tengah, Senin (28/3/2022). Ini merupakan pimpinan partai politik ketiga yang bertemu Gibran.
Sebelum Zulkifli Hasan, Gibran maraton bertemu sejumlah Ketua Umum Partai Politik dalam empat hari terakhir. Mereka adalah Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto yang bertemu di Hotel Diamond Solo, Kamis (24/3/2022), dan Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia (Perindo), Hary Tanoesoedibjo di Grand Inna Malioboro Jogja, pada Sabtu (26/3/2022).
Apakah hal tersebut menandai isu reshuffle kabinet semakin nyata? Hakim belum bisa memastikan karena kewenangan Presiden tersebut selalu sulit ditebak.
Isu reshuffle biasanya lebih jelas, ketika sudah ada beberapa tokoh yang diundang ke istana.
"Meningkatnya intensitas pertemuan Ketum dengan Gibran akhir-akhir ini saya baca sebagai proses negosiasi politik yang sudah mulai babak akhir," terang dia.
"Bagaimanapun Presiden punya tanggung jawab menemukan titik seimbang antara peningkatan kerja kabinet dan akomodasi politik, dan hal ini butuh banyak negosiasi dengan para ketua partai," pungkasnya.
Baca Juga: Zulhas Sebut Belum Dipanggil Jokowi untuk Bahas Kursi Menteri dan Wamen
Sumber : Kompas TV/tribunsolo
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.