JAKARTA, KOMPAS.TV- Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman menilai kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini hanyalah tataran retorika semua.
Sebab, KPK bekerja tanpa indikator untuk keberhasilan dan kegagalan dalam kinerja pemberantasan korupsi.
Demikian Boyamin Saiman merespons Survei Litbang Kompas yang menunjukkkan tingkat ketidakpuasan publik terhadap kinerja KPK berada di angka 48,2 persen.
“Ini 2 tahun belum ada kok begitu (indikator untuk keberhasilan dan kegagalan dalam kinerjanya KPK), jadi kami ini (waktu di LBH) hal yang biasa zaman Orde Baru, kami harus mempertanggungjawabkan pada rakyat dan pada donator yang sangat detail,” ujar Boyamin Saiman dalam program Sapa Indonesia Pagi Kompas TV, Rabu (23/3/2022).
Baca Juga: Pimpinan KPK Pamer Kerja Fokus Pencegahan, Boyamin: Hasilnya Belum Tampak, Mana yang Diselamatkan
“Karena donaturnya KPK APBN. DPR-nya nampaknya juga tidak pernah detail begini akhirnya ya tataran retorika semua, jadi ini yang kita tagih dari sisi pencegahan,” ujarnya.
Boyamin lebih lanjut mengaku, belakang ini dirinya cukup menahan diri untuk menambah hal buruk terkait KPK.
Seperti halnya ia menolak untuk merespons perihal himne KPK yang diciptakan oleh istri dari Ketua KPK Firli Bahuri.
“Kalau saya paham, itu (soal himne KPK) kalau saya paham itu harusnya dilakukan 'tender' loh, dipublikasikan, lomba dan sebagainya. Ini tiba-tiba hanya diberikan kepada istri Ketua KPK yang tidak tahu kita prosesnya seperti apa,” ucap Boyamin.
Baca Juga: Peneliti Senior Pukat UGM: UU KPK yang Diubah jadi Pemicu Penurunan Kinerja Lembaga
Tak hanya itu, Boyamin Saiman juga mengaku menahan diri untuk reaktif merespons perihal SMS Blast Ketua KPK.
“Saya mohon maaf saya tidak menanggapi ini karena banyak hal yang bisa saya kuliti di situ bagaimana SMS blast proses tendernya, siapa yang mengisi, dan lain sebagainya,” ucapnya.
“Bahkan dari sisi proses kode etik, kalau dari hal-hal yang ada kemarin saya teruskan, mungkin ada satu pimpinan yang sudah dipecat,” lanjutnya.
Boyamin mengaku terpaksa tidak merespons dan menindaklanjuti perihal pencipta himne kpk dan sms blast Ketua KPK.
“Saya tidak bisa membayangkan seorang pimpinan KPK dipecat oleh Dewan Pengawas, negara lain melihatnya kaya apa ya,” ujar pria kelahiran Ponorogo, Jawa Timur itu.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.