JAKARTA, KOMPAS.TV – Soesilo Toer, adik dari penulis legendaris Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, mengisahkan perjuangan dirinya ketika menghadapi suasana sulit.
Bagi Susilo Toer, ada sebuah kata yang sejak kecil yang sering didengar dan harusnya bukan jadi persoalan dalam menjalani hidup. Kata itu adalah pesimisme.
Menurut Cambridge Dictionary, pesimisme adalah cara pikir yang menekankan pada hal-hal buruk lebih mungkin terjadi atau menekankan bagian buruk dari suatu situasi.
Akan tetapi apakah seseorang yang pesimis akan selalu mengalami kegagalan?
Seseorang yang mengakui bahwa dirinya adalah seorang pesimis adalah Soesilo Toer. Dalam siniar Beginu bertajuk 'Pola Pikir Pesimisme dan Tidur Terus' Soesilo Toer membagikan pengalaman hidupnya.
"Pram waktu lahir tuh bapak lagi jaya, saya lahir lagi melarat-melaratnya. Lah itu, saya jadi pesimis. Pesimisme itu tidak bisa hilang, itu bagian dari hidup,” ujarnya.
Meskipun dinyatakan dengan nada kelakar, nyatanya pola pikir pesimisme lah yang membuat Soesilo berhasil mencapai titik hidupnya saat ini.
Menurut Marlanna Pogosyan dalam Psychology Today, terdapat penelitian dari Jepang yang mengungkapkan bahwa seorang pesimis memiliki pertahanan lebih baik daripada orang optimis dan hal ini berpengaruh pada kinerja aktual.
Studi dari Amerika Serikat (AS) juga menunjukkan, orang pesimis ternyata sama baiknya dengan orang optimis.
Terdapat kepercayaan di AS, orang yang memiliki pola pikir pesimis akan lebih termotivasi untuk menyingkirkan perasaan takut dan gagal.
Mungkin, ini pula yang menjadi gagasan para pesimis untuk menjalani hidupnya tanpa ekspektasi.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini, Pramoedya Ananta Toer Melawan sampai Akhir
Soesilo Toer adalah lulusan terbaik Akademi Keuangan Bogor dan mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan beasiswa ke AS Singapura, atau Australia.
Namun, pendidikannya ke tiga negara itu gagal dan malah dikirimkan ke Rusia, yaitu Patrice Lumumba University.
Hal ini disinyalir karena adanya suntikan dana dari CIA sebesar 100 juta dollar. Tak hanya Soesilo, hampir semua lulusan juga diberangkatkan ke Rusia. Lelaki itu termasuk ke dalam angkatan ketiga yang diberangkatkan.
Pendidikannya berjalan baik. Ia bahkan berhasil mendapatkan gelar Ph.D. atau doktor dalam waktu 1,5 tahun.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.