JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Joko Widdo (Jokowi) Jokowi mengaku senang meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso Energy yang berkapasitas 515 Mega Watt (MW) di Poso, Sulawesi Tengah, dan PLTA Malea Energy dengan kapasitas 90 MW di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Jumat (25/2/2022).
Mengingat, kata dia, pembangunan pembangkit listrik ini akan mendukung proses transisi energi menuju energi hijau dan energi baru terbarukan (EBT).
"Pagi hari ini saya sangat senang sekali. Kenapa? Karena kita semuanya akan meresmikan sebuah pembangkit listrik tenaga air yang itu adalah berarti energi hijau, berarti adalah EBT," kata Jokowi seperti yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat.
"Kita tau sekarang global mendesak, mengajak, memberikan support pada semua negara untuk menggeser energi fosil utamanya batu bara untuk masuk ke energi hijau," ujarnya.
Dia kemudian bersyukur karena Indonesia memiliki potensi energi hijau yang cukup besar.
Potensi energi Indonesia berdasarkan perhitungan terakhir, kata dia, mencapai 418 gigawatt (GW).
"Ini artinya 418 ribu Mega Watt baik itu dari seperti yang ada disini hidropower, baik itu juga dari geotermal ada 29 ribu Mega Watt baik tenaga Surya, baik dari angin, adalagi yang tidal, panas permukaan air laut semuanya ada di negara kita," ucapnya.
Baca Juga: Jokowi Terbitkan Perpres Terbaru, Badan Usaha Boleh Gelar Vaksinasi Covid-19
Meski demikian, Kepala Negara ini mengakui bukan pekerjaan yang mudah untuk menggeser penggunaan energi fosil seperti batu bara ke energi hijau.
Pasalnya, lanjut dia, Indonesia sudah memiliki banyak Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang mengandalkan batu bara.
"Sekali lagi, saya sangat menghargai, mengapresiasi apa yang sudah dikerjakan oleh Kalla Group dalam hal membangun hydropower baik yang ada di Sulawesi Tengah yang nanti juga akan selesai di Mamuju dan di Kerinci, Sumatera Barat,” ungkapnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan Indonesia sudah memiliki target yang disepakati secara global untuk menurunkan emisi sebanyak 23 persen pada 2025, 29 persen pada 2030, dan mencapai target emisi nol pada 2060.
“Target-target ini yang tak mudah dikejar karena memang antara pertumbuhan permintaan, dan pertumbuhan listrik harus terus diseimbangkan, jangan sampai ada kelebihan pasok dari PLN sehingga membebani PLN,” kata dia.
Baca Juga: Jokowi: Setop Perang, Perang Menyengsarakan Manusia dan Membahayakan Dunia
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.