JAKARTA, KOMPAS.TV – Wakil Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Koesmedi Priharto menegaskan, risiko terpapar Omicron tidak boleh disepelekan.
Pasalnya, gejala Omicron memang tidak seberat Delta, tetapi jika tidak ditangani dengan baik akibatkan pada kematian juga.
“Tetap waspada dan mawas diri terhadap tanda-tanda atau gejala-gejaka ringan Covid-19. Jangan anggap remeh tanda-tanda tersebut, tetapi segera pergi ke tempat pemeriksaan, baik itu pemeriksaan antigen atau PCR untuk segera terdeteksi apakah tepapar Omicron atau bukan,” tuturnya dalam Program Sapa Indonesia Pagi KOMPAS TV, Senin (14/2/2022).
Diketahui, sejak awal kemunculan virus SARS-CoV-2 yang memicu munculnya virus Covid-19 ini, terus bermutasi. Satu di antaranya yang saat ini sedang dihadapi Indonesia adalah varian Omicron.
Omicron ini pun mempunyai hampir 50 mutasi, di mana 36 di antaranya terjadi pada protein lonjakan, dibandingkan dengan 10 pada varian Alfa, 12 di Gamma, dan sembilan di Delta.
Sejalan dengan apa yang diungkapkan Koesmedi, Subbid Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander ginting mengatakan, apapun variannya, Covid-19 itu tetap mempunyai risiko yang sama. Baik itu sakit atau pun meninggal.
“Omicron itu ringan kalo dibandingkan dengan Delta dalam hal gejala. Tapi kalo penularannya dan risiko untuk sakit bahkan meninggal ya sama saja. Apalagi kalau mereka punya komorbid, ada alergi, ada asma, dan penyakit komorbid yang tidak terkontrol. Ya risikonya sama saja bisa meninggal,” ujarnya.
Oleh karena itu, menurut Alex, yang paling penting adalah mencegah penularan Covid-19 supaya tidak meningkat.
Baca Juga: Waspada, Ini Ciri-ciri Gejala Omicron bagi Orang yang Sudah Divaksin Lengkap
Di samping itu, mengenai kesiapan Indonesia menghadapi lonjakan kasus varian Omicron ini, Koesmedi menyampaikan, sejak awal Desember, pihaknya sudah memberikan surat kepada semua Persi di semua wilayah untuk siaga karena penularan dari Omicron ini sangat masif.
“Jadi itu menjadi peringatan kita. Selain itu, kami juga mengingatkan untuk membuka kembali tempat tidur atau BOR (Bed Occupancy Rate) dan pendukung lainnya termasuk SDM,” ujarnya.
Utamanya, dalam hal ini adalah SDM. Melihat, banyak di wilayah Jawa dan Bali, tenaga medis terkonfirmasi positif varian Omicron tersebut.
Sehingga, menurutnya, saat ini pihaknya betul-betul sedang menata kebutuhan SDM di sejumlah rumah sakit, termasuk kembali merekrut tenaga-tenaga relawan.
Epidemiolog Unair Windhu Purnomo mengatakan, Indonesia sudah hampir mencapai puncak. Indikasinya, dari angka postivity rate khususnya di DKI Jakarta.
Ia menilai, di DKI Jakarta jika dilihat dari data sudah mencapai puncak dan sekarang malah sudah mulai menurun.
“Indikasi postivity rate-nya baik. Masih tinggi tapi mulai menurun. Namun, tetap yang harus dilakukan adalahmemperhatikan prokes dan pengetatan karena risikonya tetap tinggi. Jangan sampai memburuk lagi,” tutupnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.