JAKARTA, KOMPAS.TV - Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mengungkapkan, lonjakan Omicron masuk kategori mengkhawatirkan jika mencapai 300.000 kasus aktif. Ia membandingkan ada perbedaan cara menyikapi lonjakan Omicron dan Delta.
“Dan ini bisa terjadi dalam satu minggu ke depan, kalau dalam satu minggu depan tidak menunjukkan kelandaian, maka bisa terjadi tekanan di fasilitas kesehatan,” ujarnya, Sabtu (5/2/2022).
Ia memprediksi hal ini berdasarkan angka kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia dalam kurun waktu tiga hari pada Februari 2022 mencapai 70.000 kasus aktif. Per 4 Februari terdapat lebih dari 140.000 kasus aktif Covid-19 di Indonesia.
Baca Juga: Wamenkes Sebut Penularan Omicron Lebih Cepat Ketimbang Kemampuan Tracing Pemerintah
Menurut Hermawan, pada pertengahan tahun lalu, jumlah kasus Delta mencapai 260.000 kasus aktif dan terjadi staganasi di fasilitas kesehatan.
Sementara, perkiraan angka 300.000 baru bisa memunculkan stagnasi di fasilitas kesehatan akibat varian Omicron karena kasus Covid-19 ini didominasi gejala ringan dan orang tanpa gejala.
Ia juga tidak menyangkal tracing lemah karena kalah dengan kecepatan penularan Omicron. Oleh karena itu, ketika prevalensi naik, maka perlu dibuat kebijakan kuat.
“Kita kecolongan kendali di hulu, jadi intervensi jangan sekadar imbauan, perlu ada kebijakan yang kuat untuk mencegah penyebaran Omicron,” ucapnya.
Baca Juga: Kematian akibat Covid-19 di AS Tembus 900 Ribu Jiwa, Sebagian Dipicu Varian Omicron
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.