JAKARTA, KOMPAS.TV - Pemilihan nama Nusantara untuk ibu kota negara (IKN) baru menuai pro dan kontra. Bahkan ada yang menyebutnya bahwa Nusantara sebagai perwujudan Jawa-sentris.
Salah satu pihak yang berpandangan demikian adalah sejarawan JJ Rizal. Menurut Rizal, istilah Nusantara itu termasuk produk Jawa pada masa Majapahit dalam memandang wilayahnya kala itu.
Namun, anggapan tersebut mendapat sanggahan dari Muhammad Sarip, sejarawan asal Kalimantan Timur (Kaltim) yang merupakan lokasi dari IKN baru.
Sarip berpendapat, Nusantara justru memiliki arti toponimi wilayah di timur Kalimantan sebelum bernama Kutai pada pengujung abad ke-13 Masehi.
Baca Juga: Ibu Kota Baru Dinamai Nusantara, Sejarawan JJ Rizal Sebut Bertolak Belakang dengan Gagasan Pokok
Lebih lanjut, Sarip juga menjelaskan, diksi Nusantara itu sejatinya dipengaruhi oleh bahasa Sanskerta, yang telah ada bahkan sebelum entitas Kutai muncul.
"Ingat, ada monarki lain yang eksis di pedalaman Sungai Mahakam, yakni Kerajaan Martapura," kata Sarip dikutip dari Kompas.com, Kamis (20/1/2022)
"Dinasti Mulawarman ini mewariskan batu bertulis berbahasa Sanskerta, yang juga dikenal sebagai Prasasti Yupa," sambungnya.
Adapun, yang menjadi dasar dari argumen Sarip itu yakni penelitian SW Tromp (1888) dan SC Knappert (1905).
Keduanya sama-sama ilmuwan yang meneliti kehidupan di Kalimantan, terutama Tromp yang banyak mengupas manuskrip Salasilah Kutai.
Baca Juga: Pemberian Nama Nusantara untuk Ibu Kota Negara Ternyata Sudah Diprediksi oleh Sastrawan Ini
Sarip mengungkapkan, awalnya istilah Nusantara itu tersebar ke sejumlah daerah melalui interaksi lintas pulau dan menjadi sebutan lampau untuk Kalimantan tersendiri.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.