JAKARTA, KOMPAS.TV - Florona atau infeksi virus ganda, yakni influenza dan Covid-19, yang baru-baru ini terjadi di Israel ternyata tidak perlu begitu dirisaukan oleh masyarakat Indonesia.
Sebab, menurut Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban, kemungkinan kasus Florona merebak di Indonesia itu sangatlah kecil.
"Kebetulan, untuk Indonesia, (kondisinya) beda sekali dengan Amerika, Inggris, dan Eropa. Influenza tidak banyak dikenal di Indonesia," kata Zubairi kepada KOMPAS.TV, Selasa (4/1/2022).
Zubairi menjelaskan, ganguan pernapasan seperti batuk, bersin, dan pilek yang sering dijumpai di Indonesia itu bukan termasuk influenza, melainkan common cold atau selesma.
Baca Juga: Sempat Menganut Anti-Vaksin, Perempuan Ini Berubah Pikiran Usai Tersiksa karena Terinfeksi Covid-19
"Kalau influenza yang ada di sana (Amerika dan Eropa), bisa menyebabkan pneumonia hingga kematian. Karena itu (warganya) harus divaksinasi (influenza) setiap tahun," terang Zubairi.
"Jadi, masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir karena kemungkinan influenza merebak sampai sekarang masih kecil sekali," imbuhnya.
Dengan kata lain, jika influenza saja jarang dijumpai di Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa kasus Florona pun demikian.
Lalu, Zubairi juga menuturkan bahwa sebetulnya Florona itu diduga telah muncul sejak fase awal pandemi Covid-19.
"Pada awal pandemi dulu, banyak orang memakai obat anti-influenza seperti oseltamivir atau tamiflu untuk mengobati (Covid-19)," ungkap Zubairi.
"Tapi, kemudian WHO bilang, (penggunaan obat-obat itu) tidak ada gunanya kecuali memang terbukti kalau kasus infeksi virusnya merupakan kombinasi ganda (Florona)," sambungnya.
Baca Juga: Ledakan Kasus Omicron di AS, Sebagian Sekolah Perpanjang Libur Atau Kembali Online
Zubairi menambahkan, jumlah kasus influenza di Amerika Serikat (AS) telah menurun drastis selama pandemi Covid-19, hingga berada di bawah satu persen atau sekitar 0,2 persen dari total spesimen tesnya.
"Padahal, sebelum pandemi, yang positif (influenza) itu sekitar 28-30 persen dari spesimen saluran pernapasan yang diperiksa," ujarnya.
Sehingga, kasus Florona di Israel yang menginfeksi seorang ibu hamil itu termasuk dalam proyeksi kecilnya dan pasti ada faktor tertentu di belakangnya.
"Kan, kemudian ada analisisnya, kemungkinan wanita ini mempunyai kekebalan tubuh yang rendah sehingga dua virus bisa masuk ke tubuhnya," papar Zubairi.
Hal senada pun disampaikan oleh pihak Rabin Medical Center, Kota Petah Tikva, Israel, tempat ibu hamil yang terinfeksi Florona tersebut dirawat.
Melansir Newsweek, Minggu (2/1), Direktur Departemen Ginekologi Rabin Medical Center Arnon Vizhnitser menyatakan bahwa ibu hamil diduga terinfeksi Florona karena belum mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Untungnya, kata Vizhnitser, gejala yang dialami oelh ibu hamil tersebut tidak terlalu berat sehingga kondisinya diharapkan dapat segera pulih.
Sumber : Kompas TV/Newsweek
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.