JAKARTA, KOMPAS.TV - Katib Aam PBNU, KH Yahya Cholil Staquf atau biasa disapa Gus Yahya, memberikan komentar tudingan beberapa pihak yang menganggap PBNU saat ini menjaga jarak dengan para Habaib.
Habaib adalah istilah yang merujuk pada para ulama yang memiliki garis keturunan Nabi. Mereka juga kerap jadi rujukan masyarakat.
Bagi Gus Yahya, tudingan itu jelas keliru besar. Bagi sosok kelahiran Rembang 16 Februari 1966., NU selalu dekat dengan para Habaib.
Gus Yahya yang mencalonkan diri jadi ketua PBNU dalam gelaran Muktamar ke-34 di Lampung 22-23 Desember mendatang menjelaskan lebih lanjut soal hubungan NU dengan Habaib dan politik identitas yang kerap muncula akhir-akhir ini.
Baca Juga: Wawancara Gus Yahya (Bag-2): Dalam 5 Tahun, Insya Allah NU Bisa Transformasi
Obrolan ini terjadi usai peluncuran buku bertajuk ‘Menghidupkan Gus Dur: Catatan Gus Yahya Kenangan Yahya Staquf’ karya penulis AS Laksana di Kebayoran, Jakarta Selatan, Sabtu sore (20/12/2021). Berikut petikannya:
Baca Juga: Gagasan Gus Yahya di Muktamar ke-34: Konsolidasi Organisasi hingga Jadikan NU Juru Damai Global
NU tidak mau diajak dalam kompetisi politik identitas, walaupun habaib, kita tidak mau jika itu urusannya denga politik identitas. Prinsipnya, kita tidak mau politik identitas.
Meskipun habaib jika itu terkait politik identitas, jelas NU akan menolak. Cina saja tidak mau, tentara ngajak ya tidak mau. Pokoknya NU nggak mau politik identitas, itu saja.
Apakah itu berarti NU menjauh dari para habaib? Itu enggaklah. Secara sosiologis juga tidak mungkin. Biasa saja.
Kayak saya seperti ini, bagaimana saya menjauh dari para habaib. Teman-teman saya kebanyakan para habaib ini. Teman saya para habib ini berjibun di kampung, nggak bisa menjauh dari habib.
Saya dari kecil dikelilingi habaib. Biasa kita berantem dan bercanda dengan para habaib ini.
Pokoknya, kami di NU nggak mau jika memakai politik identitas atau diajak menggunakan politik identitas. Kalau ngajak yang lain, selawatan misalnya, mana pernah kami menolak selawatan (Gus Yahya tertawa).
Ngajak istighotsah mau kita, ngajak politik identitas, sorry tidak bisa. Sesederhana itu. Kalau ada orang lain memaki-memaki NU, kita kan sudah biasa menghadapi itu. Kalau ada habaib yang memaki NU, ya kita biasa juga.
Sebelumnya juga pernah, pelbagai pihak mencela NU kita juga biarkan saja. Tidak masalah. Ndak kaget hal itu terjadi.
Apa bahayanya politik Identitas dalam kehidupan beragama dan berbangsa?
Kenapa sih NU nggak mau politik identitas? Karena bahaya, akan meruntuhkan bangunan sosial negara dan bangsa.
Makanya, sejak awal para pemimpin dan bapak bangsa memancangkan semboyan bhineka tunggal ika. Artinya, jangan main politik identitas. Karena kita berbeda-beda, tapi tetap satu.
Tidak ‘Ika’ lagi jika memakai politik identitas. Itu sangat berbahaya. Sekali lagi, politik identitas sangat berbahaya. (habis).
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.