JAKARTA, KOMPAS.TV - Pemerintah mulai mengembangkan wisata halal di sejumlah daerah. Namun banyak masyarakat yang keliru dengan tujuan dari wisata halal tersebut.
Bahkan gegara mencapai target untuk menjadikan suatu daerah sebagai lokasi wisata halal, nilai-nilai kearifan lokal dipinggirkan.
Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid mengakui masih ada masyarakat keliru paham mengenai wisata halal yang akan berbenturan dengan kearifan lokal.
Zainut pun meluruskan wisata halal bukan berarti menghilangkan kearifan lokal. Wisata halal mengandung arti pemberian fasilitas bagi wisatawan muslim agar dapat menunaikan kewajiban syariatnya.
Baca Juga: Sandiaga Dorong Wisata Halal di Jabodetabek karena Nilai Ekonominya Besar
Semisal tersedianya makanan dan minuman yang telah dipastikan kehalalannya, adanya fasilitas beribadah, serta kemudahan untuk melakukan transaksi keuangan syariah, dan fasilitas lain yang menunjang wisatawan muslim menunaikan kewajiban syariatnya.
"Kawasan wisata halal memang disesuaikan dengan nilai-nilai syariat Islam. Namun, itu bukan bertujuan agar bertabrakan dengan nilai-nilai kearifan lokal," ujar Zainut dikutip dari website Kemenag, Kamis (18/11/2021).
Zainut menambahkan dalam syariat Islam, mengenal kebiasaan baik yang telah dijalankan penduduk setempat tetap dipelihara dan dipertahankan selama tidak bertentangan dengan maqashid syariah.
Untuk itu, Zainut berharap pelaku industri halal dan ekonomi syariah terus berikhtiar, mengikis kesan eksklusivisme halal yang masih ada di tengah masyarakat.
Baca Juga: Danau Toba dan Bali Akan Jadi Wisata Halal
Caranya, sambung Zainut, melalui pencerahan seluas-luasnya tanpa perlu menimbulkan kerumitan baru. Yakni dengan menggali nilai-nilai yang selama ini sudah mengalir dalam dunia usaha.
"Keliru paham tentang wisata halal ini harus diluruskan," ujarnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.