JAKARTA, KOMPAS.TV - Polemik bisnis PCR PT Genomik Solidaritas Indonesia atau PT GSI tengah menjadi sorotan publik. Pasalnya, dua pejabat negara diduga terlibat dan memiliki saham di perusahaan tersebut.
Mereka adalah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri BUMN Erick Thohir.
Di PT GSI, Luhut diketahui memiliki saham secara tak langsung melalui dua perusahaan tambang yang terafiliasi dengannya, yakni PT Toba Sejahtera dan PT Toba Bumi Energi.
Sementara nama Erick Thohir juga dikaitkan dalam kepemilikan saham di PT GSI. Sebab, ada Yayasan Adaro yang juga ternyata menjadi salah satu pemegang saham di perusahaan itu.
Baca juga: Luhut dan Erick Thohir Dilaporkan ke KPK terkait Bisnis PCR
Adapun Adaro merupakan perusahaan raksasa tambang batubara milik Garibaldi Thohir yang tak lain merupakan kakak Erick Thohir.
Selain Toba Sejahtera dan Adaro, pemegang saham lainnya adalah Grup Indika milik Arsjad Rasjid yang kini menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) periode 2021-2026.
Garibaldi Thohir, CEO Adaro Energy pada Sabtu (6/11/2021) kemarin, akhirnya angkat bicara terkait polemik tersebut.
“Saya bergabung dengan PT GSI atas ajakan Pak Arsjad Rasjid karena terdorong niat untuk membantu. Harus diingat, saat kami mendirikan PT GSI adalah awal Pandemi, Maret 2020 dimana kita tidak memiliki alat yang bisa dengan cepat mendeteksi virus," kata Garibaldi kepada KOMPAS TV, Sabtu.
"Tujuannya benar-benar untuk bergotong-royong. Tidak ada niat bisnis sama sekali. Deviden yang didapat, tidak dikembalikan pada pemegang saham, tapi untuk menjalankan misi kemanusiaan yang berkelanjutan melalui PT GSI. Saya hanya ingin ikut membantu," jelasnya.
Baca juga: Profil PT GSI Milik Luhut yang Berbisnis PCR, Punya Lab Modern dan Beroperasi Tanpa Libur
Selain itu, Garibaldi juga menegaskan bahwa Yayasan Adaro tidak ada kaitannya dengan adiknya, Erick Thohir.
"Erick Thohir tidak pernah ada di perusahaan Adaro dan tidak pernah terlibat dengan bisnis Adaro. Ia bahkan tidak tahu sama sekali soal kegiatan di PT GSI," ungkapnya.
Pemilik Yayasan Northstar Persada Patrick Walujo yang juga memiliki saham di PT GSI pun ikut memberikan klarifikasi.
"PT GSI dibuat sebagai gerakan bersama para pengusaha untuk ikut membantu Pemerintah di awal Pandemi. Kita tahu susahnya mendapatkan alat test dengan hasil yang cepat. Sama sekali kita tidak punya di sekitar bulan Maret 2020. Berangkat dari situasi ini, maka saya ikut bergabung dengan PT GSI yang bagi saya adalah charity melalui Yayasan Northstar Bhakti Persada," kata Patrick kepada KOMPAS TV.
"Tidak ada niat sama sekali untuk berbisnis PCR karena jika dilihat sekarang, kami tidak membuka cabang dimana-mana. Karena bukan itu tujuan PT GSI," imbuhnya.
Baca juga: Jokowi Mania: PT GSI Sudah 7 Kali Ubah Akta untuk Samarkan Bisnis PCR
Sebelumnya, Luhut Binsar Pandjaitan melalui juru bicaranya, Jodi Mahardi, telah memberikan klarifikasi bahwa Luhut mengaku tidak pernah meraup keuntungan pribadi dari bisnis yang dijalankan PT GSI yang menyediakan tes PCR.
Jodi menjelaskan, hingga kini tak ada pembagian keuntungan baik dalam bentuk dividen maupun bentuk lain kepada pemegang saham GSI.
Keuntungan GSI, kata Jodi, justru banyak digunakan untuk memberikan tes usap gratis kepada masyarakat kurang mampu dan petugas kesehatan.
Adapun partisipasi yang diberikan Luhut melalui Toba Bumi Energi merupakan wujud bantuan yang diinisiasi oleh rekan-rekannya dari Grup Indika, Adaro, Northstar, dan lain-lain untuk membantu penyediaan fasilitas tes Covid-19 dengan kapasitas yang besar.
Baca juga: KPK Bakal Verifikasi Laporan soal LBP dan Erick Thohir Terlibat Bisnis PCR
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.