JAKARTA, KOMPAS.TV - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sekaligus mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama meminta pemerintah untuk meningkatkan whole genom sequencing (WGS) di Indonesia.
Menurut Tjandra, hal tersebut baik dilakukan agar pemerintah bisa mengetahui penyebaran mutasi Covid-19 dan menganalisis varian apa saja yang sudah ada di Tanah Air.
Terlebih saat ini WHO atau Badan Kesehatan Dunia sudah menganalisis munculnya varian Mu dan memasukkannya dalam kategori Variant of Interest (VoI).
"Bu Nadia (Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes) sudah bosan mendengar saya bilang, tolong dinaikan, tolong dinaikan karena jika jumlahnya dinaikan kemungkinan mendapatkan (informasi varian) tentu saja bisa jadi lebih besar," kata Prof Tjandra dalam program Sapa Indonesia Pagi Kompas TV, Jumat (10/9/2021).
Tjandra juga memaparkan total WHS yang ditelah dilakukan Indonesia baru mencapai 6000 sampel.
Sementara menurutnya, India yang sama-sama sempat mengalami lonjakan Covid-19 varian Delta tinggi seperti Indonesia sudah melakukan menguji sampel sebanyak 46 ribu.
Bahkan, Amerika Serikat uji genom sekuencingnya sudah mencapai di angka 900 ribu lebih.
"Jadi saya mengusulkan barang konkret yang 6000 itu harus lebih tinggi lagi," tutur Prof Tjandra.
Baca Juga: Varian Mu Disebut Tidak Lebih Ganas Dari Varian Delta, Ini Penjelasan Eijkman
Selain meminta Pemerintah untuk meningkatkan uji genom sekuencing, Prof Tjandra juga mengingatkan perihal varian baru yang masih masuk dalam klasifikasi VoI.
Kendati demikian, hal tersebut tetap perlu diantisipasi mengingat varian Delta yang saat ini 98 persen mendominasi Indonesia dulunya berasal dari VoI.
Kemudian berubah menjadi Variant of Concern (VoC) hingga banyak memakan korban jiwa baik di Indonesia dan negara lainnya.
"Kita mesti siap dengan keadaan. Memang akan ada varian baru (Mu), meskipun belum diketahui akan lebih berbahaya atau seperti apa," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan virus corona varian Mu belum terdeteksi di Indonesia.
Hal ini disampaikan setelah pihaknya melakukan uji genom sequencing untuk mendeteksi keberadaan varian baru Covid-19.
"Kita sudah melakukan genom sequencing terhadap 7.000-an orang di seluruh Indonesia dan belum terdeteksi adanya varian Mu," ujar Dante dalam konferensi pers secara daring, Senin (6/9/2021).
Dante menjelaskan Covid-19 varian Mu terjadi di Kolombia dan secara laboratorium varian Mu mempunyai resistensi terhadap vaksin.
Meski demikian, kata Dante, kesimpulan tersebut dalam konteks laboratorium bukan dalam konteks epidemiologis.
"Tapi, itu dalam konteks laboratorium, tidak dalam konteks epidemiologis," ucapnya.
Menurut Dante, semakin lama pandemi berlangsung dan kasus berkembang, sejatinya virus akan terus melakukan mutasi dan modifikasi.
Baca Juga: Pakar dari UGM Sebut Varian Mu Tak Seganas Delta, Ini Alasannya
Seperti halnya varian delta yang sudah ditemukan di Indonesia.
Lebih lanjut Dante berharap varian Mu itu akan abortif seperti varian Lambda yang terjadi beberapa waktu lalu di Peru.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.