JAKARTA, KOMPAS.TV- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar memastikan penangkapan terorisme yang dilakukan Polri tidak terkait dengan perkembangan politik Taliban di Afghanistan.
Boy Rafli menegaskan penangkapan terhadap terorisme dalam beberapa waktu terakhir merupakan hasil dari deteksi dini yang dilakukan Polri.
Demikian Irjen Boy Rafli Amar dalam pernyataan di Sapa Pagi Kompas TV menyoal Efek Taliban pada Terorisme di Indonesia, Selasa (24/8/2021).
“Ya sebenarnya sesuatu ya masih berbeda ya, karena kita tahu bahwa kegiatan penangkapan oleh aparat penegak hukum oleh Polri, Itu semua adalah berkaitan dengan deteksi dini akan adanya perencanaan-perencanaan menjelang peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus yang lalu,” kata Boy Rafli Amar.
Baca Juga: Cegah Aliran Dana ke Kelompok Terorisme, PPATK Usul Amandemen UU tentang Pengumpulan Sumbangan
“Jadi semua sudah terpantau lama dan memang dari analisis intelijen selalu berkaitan dengan menjelang peringatan 17 Agustus adanya potensi-potensi ke arah itu.”
Boy lebih lanjut menambahkan, meski dari hasil investigasi belum ada kaitannya dengan peristiwa di Afghanistan, namu edukasi perlu diberikan kepada masyarakat.
Sebab, sambung Boy Rafli, kekerasan yang selama ini dilakukan Taliban tidak sesuai dengan kehidupan berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia.
“Sementara dari hasil investigasi belum ada yang langsung berkaitan, namun demikian hal-hal yang mengarah kepada menjadikan peristiwa kembalinya Taliban di Afghanistan itu sebagai sebuah momentum oleh pihak-pihak tertentu, ini yang terus perlu Kita waspadai sekaligus tentunya kita memberikan edukasi kepada masyarakat,” kata dia.
“Bahwa kekerasan selama ini yang telah dilakukan Taliban tentu tidak baik dalam kehidupan berbangsa bernegara kita demokrasi.”
Baca Juga: Densus 88 Antiteror Kembali Tangkap 5 Teroris Anggota Jamaah Islamiyah di Sulawesi
Sebelumnya, Pengamat Terorisme Nasir Abbas menegaskan, kemenangan Taliban atas Afghanistan harus diluruskan bukan sebagai kemenangan dan perjuangan Islam.
“Menurut saya perlu diluruskan bahwa itu adalah kemenangan taliban dan itu adalah perjuangan Taliban,” kata Nasir Abbas.
Sebab, kata Nasir Abbas, persepsi yang keliru tentang kemenangan Taliban atas Afghanistan membuka peluang perekrutan terhadap kelompok-kelompok tertentu di Indonesia.
“Yang kita khawatirkan sebenarnya adalah akibat euphoria itu, memberi peluang perekrutan. Sehingga masyarakat juga merasa turut gembira akibat dari kelompok ini yang bergembira,” ujar Nasir Abbas.
“Bukan hanya mereka bergembira, bahkan mereka menyebut ini adalah kemenangan Islam, mereka menyebut di dalam perjuangan Islam.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.