JAKARTA, KOMPAS.TV - Sesuai instruksi Presiden Joko Widodo sejumlah daerah kini melakukan percepatan program vaksinasi massal.
Pemkab Bogor menargetkan di bulan Agustus ini ada 1,2 juta warga bisa divaksin.
Namun hal ini terkendala stok vaksin yang kini hanya hanya tinggal 10 ribu vaksin untuk satu hari.
Situasi lebih buruk terjadi di Kota Surabaya. Sejak dua hari lalu stok vaksin di sejumlah failitas kesehatan di Surabaya untuk vaksin jenis Sinovac dilaporkan kosong.
Selain itu ketersediaan vaksin AstraZeneca saat ini masih belum mencukupi untuk pelaksanaan vaksinasi dosis kedua.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menargetkan vaksinasi 315 ribu warga per hari.
Namun masalahnya stok vaksin tidak selalu tersedia karena harus menunggu kiriman dari pusat.
Vaksinasi diklaim bisa mengurangi risiko kematian akibat terpapar Covid-19.
Namun kini angka rata-rata kematian akibat Covid-19 di Indonesia masih tinggi.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per hari ini bertambah kembali kasus kematian karena Covid-19 sebanyak 1.700 orang lebih.
Dengan demikian total angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia kini sudah menembus angka 100 ribu lebih.
Untuk program vaksinasi pun masih jauh dari target. Hingga hari ini total vaksin dosis pertama yang sudah diberikan sebanyak 48 juta lebih sedangkan dosis kedua 22 juta lebih.
Sedangkan target pemerintah untuk program vaksinasi Covid-19 di Indonesia yakni untuk 208 juta orang lebih.
Di tengah minimnya stok vaksin di Indonesia, WHO menyerukan moratorium suntikan ketiga, booster vaksin Covid-19 di berbagai negara.
Tujuannya untuk mengatasi ketidakadilan drastis dalam distribusi dosis antara negara kaya dan miskin.
Di Indonesia sendiri Kementerian Kesehatan menegaskan suntikan ketiga vaksinasi Covid-19 dengan menggunakan vaksin Moderna, sementara ini hanya diperuntukan bagi tenaga kesehatan yang menghadapi gelombang pasien Covid-19 di rumah sakit.
Bagaimana sesungguhnya stok vaksin saat ini?
Simak pembahasannya bersama Deputi II Kantor Staf Presiden, Abetnego Tarigan. dan Guru Besar Sosiologi Bencana Universitas Teknologi Nanyang Singapura, Prof Sulfikar Amir.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.