JAKARTA, KOMPAS.TV - Virus corona varian Delta Plus (B.1.617.2.1 atau AY.1) dilaporkan telah masuk di Indonesia.
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengonfirmasi, turunan dari virus corona varian Delta yang memiliki tingkat penularan yang tinggi itu terdeteksi di Jambi dan Mamuju, Sulawesi Barat.
"Iya. Kami temukan varian Delta Plus di Jambi dan Mamuju," kata Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof Amin Subandrio, Rabu (28/7/2021).
Oleh sebab itu, sebagai upaya antisipasinya, mari kenali seperti apa virus corona varian Delta Plus beserta gejala dan risiko yang ditimbulkan pada orang yang terpapar.
Baca Juga: Covid-19 Varian Delta Plus Masuk RI, Satgas Jelaskan Skenario Antisipasi Penyebarannya
Dalam laporan National Geographic, Jumat (2/7/2021), para ilmuan menyebut virus corona varian Delat Plus tak begitu jauh berbeda dengan varian Delta.
Vaksin Covid-19 yang ada saat ini pun sejatinya terbilang cukup efektif untuk melawan varian Delta, tentu termasuk mutasi turunannya, tetapi hanya jika vaksinasi telah dilakukan sepenuhnya.
Varian Delta Plus memiliki mutasi protein lonjakan yang disebut K417N, yakni protein yang memungkinkannya menginfeksi sel-sel sehat.
Pada April lalu, kasus pertama varian Delta Plus ditemukan di India hingga dengan cepat menginfeksi sekitar 40 orang di negara bagian Maharashtra, Kerala dan Madhya Pradesh.
Kemudian, pada 16 Juni 2021, setidaknya ada 197 kasus varian Delta Plus yang secara global telah ditemukan di 11 negara.
Mulai dari Inggris (36 kasus), Kanada (1), India (8), Jepang (15), Nepal (3), Polandia (9), Portugal (22), Rusia (1), Swiss (18), Turki (1), dan Amerika Serikat (83).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lantas mendesak masyarakat di seluruh dunia yang telah divaksinasi penuh untuk tetap memakai masker.
Baca Juga: Varian Delta dan Delta Plus Ditemukan di Provinsi Jambi, Satgas Covid-19 Imbau Masyarakat Waspada
Sumber : Kompas.com/National Geographic/MPNRC/Hindustan Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.