SOLO, KOMPAS.TV - Banyak dari kita pasti pernah mendengar air kelapa dijadikan sebagai terapi penyembuhan pasien Covid-19. Kabar itu biasa kita dengar dari testimoni dan opini beberapa pihak yang tersebar di media sosial serta grup WhatsApp. Padahal, klaim penyembuhan baru bisa dikatakan sah, apabila telah melalui uji klinis.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam dr Decsa Medika Hertanto,Sp.PD, air kelapa sebagai terapi penyembuhan Covid-19 belum teruji klinis. Padahal, uji klinis penting dilakukan karena bisa menjadi dasar soal efek samping dan kecocokan dengan populasi tertentu.
"Kita harus melakukan uji klinis terlebih dahulu dan penelitian dengan tiga tahapan. Dari situ bisa dilihat aktivitasnya gimana, efek sampingnya gimana, cocokkah dengan populasi tertentu, cocokkah dengan populasi khusus? Itu harus diketahui sehingga kita bisa merekomendasikan sesuatu," kata dr Decsa Medika Hertanto dalam program Ngopi KompasTV, dikutip Jumat (16/7/2021).
Baca Juga: Rekor! Hari Ini, 1.205 Orang Meninggal Dunia karena Covid-19
Menurut dr Decsa, air kelapa memang punya banyak manfaat karena kandungan zat baik yang mirip dengan komposisi cairan tubuh. Salah satu pemanfaatan yang biasa dilakukan, yaitu untuk mengobati dehidrasi.
"Misalnya kalau dulu banyak orang di pantai dehidrasi lalu minum air kelapa, ya dehidrasinya ilang. Atau kondisinya lagi haus parah, karena kepanasan atau terlalu banyak berjemur, minum air kelapa status dehidrasinya berkurang dan membaik," jelasnya.
Namun, jika air kelapa kemudian diklaim sebagai terapi Covid-19 hanya karena testimoni, dr Decsa menilai itu berlebihan. Pasalnya, kondisi setiap orang itu berbeda. Belum ada uji klinis yang dilakukan amat berisiko pada efek samping bagi pengidap sakit tertentu.
Baca Juga: Polisi Incar Pedagang Online yang Mark Up Harga Obat untuk Penyembuhan Covid-19
Salah satunya, dikonsumsi oleh penderita ginjal kronis. Padahal, penderita ginjal kronis tidak diperkenankan mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung kalium. Sementara, kandungan kalium dalam air kelapa cukup tinggi.
Dokter Decsa menegaskan uji klinis penting karena melalui proses itu akan diketahui apakah ada efek samping bagi penderita penyakit tertentu. Seperti pada pengidap ginjal kronis, air kelapa yang diminum oleh pasien yang mengalami ginjal kronis justru dapat meningkatkan risiko gangguan irama hingga henti jantung.
Baca Juga: Pastikan Sebagai Obat Covid-19, Ivermectin Masih Diuji Klinis
Itu disebabkan orang dengan penyakit ginjal tidak bisa membuang kalium. Karena fungsi ginjal sebagai pembuang kalium yang berlebih tidak dapat dilakukan.
"Kenapa uji klinis penting dilakukan, pasalnya untuk mengetahui efek samping. Jadi apabila kemudian air kelapa dianggap sebagai terapi Covid-19 yang baik, sementara diberikan kepada pengidap ginjal kronis itu justru berbahaya," pungkasnya.
Sebagai catatan, berikut ini kandungan yang ada dalam air kelapa, yaitu Karbohidrat (Glukosa dan Fruktosa), Air, Lemak, Protein, Kalium, Magnesium, Natrium, Kalsium, Zat Besi, Fosfor, Sulfur, Vitamin B, Vitamin C, Asam nikotinat, Asam pantotenat, dan Biotin Riboflavin.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.