Pertunjukan ini merupakan bagian dari ajang Europalia Indonesia Art Festival yang digelar di tujuh negara Eropa sejak Oktober 2017 hingga Januari 2018.
Para penonton yang memadati rumah seni Punpenhaus Munster Jerman terkesima oleh Tari ‘Cry Jailolo’ bukan karena gerakan-gerakannya yang dinamis dan ritmis saja.
Tetapi juga karena para penari yang membawakannya bukanlah penari profesional melainkan anak-anak belasan tahun yang direkrut langsung dari kampung-kampung di Halmahera Barat. Sebagian dari anak-anak ini adalah korban konflik horisontal yang meletus di Maluku beberapa tahun silam.
Kesuksesan tari kontemporer ‘Cry Jailolo’ di pentas internasional diraih Eko Supriyanto tentu saja tidak dengan cara yang mudah. Untuk menciptakan master piecenya ini sejak 2012 ia harus mengadakan riset langsung ke daerah tari ini berasal yakni Halmahera Barat.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.