JAKARTA, KOMPAS.TV - Epidemiolog dari Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, menyebut rencana pembukaan kembali sekolah tatap muka mesti diikuti dengan evaluasi atau assesment epidemiologis Covid-19 terlebih dahulu.
Dengan asesmen tersebut, menurut Windhu, akan dapat diketahui apakah kondisi epidemiologi dari pandemi Covid-19 saat ini masih berisiko tinggi atau tidak.
"Termasuk berkaitan dengan rencana pembukaan PTM (pembelajaran tatap muka) terbatas. Paling tidak, 2 minggu sebelum rencana PTM terbuka," kata Windhu, dilansir dari Kompas.com, Senin (7/6/2021).
Oleh karena itu, jika rencana PTM terbatas tetap hendak dibuka pada Juli 2021, maka di awal bulan tersebut harus sudah dipastikan bahwa risiko dari kondisi epidemiologinya rendah.
Baca Juga: Menkes Tegaskan Setiap Siswa Hanya Boleh Masuk 2 Kali Seminggu Dalam Sekolah Tatap Muka
Windhu pun menjelaskan, untuk menunjukkan kondisi epidemiologi suatu daerah diperlukan indikator penting seperti positivity rate dengan tes PCR, bukan Rapid Diagnostic Test (RDT) Antigen.
Lebih lanjut, terkait rencana pembukaan PTM terbatas, kondisi epidemiologi dari daerah yang menyelenggarakannya dapat dikatakan berisiko rendah apabila memiliki positivity rate di tingkat Moderate Incidence.
Atau secara konsisten, selama minimum 14 hari berturut-turut, sudah berada di bawah lima persen.
"Saat ini, positivity rate nasional masih di atas 20 persen, Very High Incidence, selama berminggu-minggu," ungkap Windhu.
Baca Juga: Presiden Jokowi Tegaskan Sekolah Tatap Muka Harus Dijalankan Ekstra Hati-hati dan Terbatas
Dengan positivity rate nasional setinggi itu, Windhu mengingatkan, masih sangat berisiko untuk membuka sekolah tatap muka di Indonesia, lantaran ada kecenderungan kasus Covid-19 dapat meningkat.
"Maka PTM terbatas belum layak diaktifkan, entah nanti di awal Juli 2021. Kalau nekat (PTM) dibuka, tentu risikonya tinggi untuk terjadinya penularan," kata Windhu.
Penularannya pun, diprediksi Windhu, tak hanya akan terjadi di sekolah namun juga berpotensi meningkat di sepanjang perjalanan dari rumah ke sekolah dan sebaliknya.
Terlebih, bagi siswa-siswa yang menggunakan transportasi umum dan yang mampir-mampir di satu atau beberapa tempat selama perjalanannya.
Baca Juga: Sekolah Tatap Muka Terbatas Dibuka Juli, KPAI Minta Pemda Jujur soal Data Covid-19 di Daerahnya
Kendati demikian, Windhu mengaku lebih khawatir terhadap orang dewasa dan lansia dibanding para siswa, apabila PTM terbatas tetap digelar di kondisi yang berisiko seperti ini.
"Karena mereka (para siswa) masih berusia muda, yang daya tahan atau imunitas tubuhnya relatif lebih baik dibanding yang lebih dewasa dan lansia, apalagi yang punya komorbid," jelasnya.
Windhu kembali menegaskan bahwa kelompok rentan seperti lansia dan orang dengan penyakit penyerta atau komorbid memiliki risiko tinggi untuk mengalami kematian saat terinfeksi.
Terakhir, selain evaluasi atau assessment epidemiologi, Windu juga menyebut perlunya profiling atau pemetaan risiko terhadap kelompok-kelompok rentan dalam keluarga sebelum PTM terbatas kembali diaktifkan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.