JAKARTA, KOMPAS.TV - Koalisi masyarakat sipil untuk reformasi sektor keamanan menyikapi tenggelamnya Kapal Selam KRI Nanggala 402.
Menurut salah satu organ koalisi itu, Ketua Badan Pengurus Centra Initiative, Al Araf mengatakan bahwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 merupakan peristiwa yang tragis dan memprihatinkan.
Baca Juga: TNI AL Bantah KRI Nanggala 402 Kelebihan Kapasitas
"Kita patut sedih dan berduka atas peristiwa itu. Para prajurit TNI gugur di tengah proses latihan yang sedang dilakukan," kata Al Araf, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (27/4/2021).
Namun demikian, di tengah keprihatinan dan rasa duka, tentu peristiwa itu perlu dilihat dan dinilai dalam gambaran yang lebih besar tentang masalah modernisasi alutsista yang terjadi di Indoenesia.
Sejatinya, lanjut Al Araf, peristiwa kecelakaan alutsista di Indonesia bukanlah yang pertama kali terjadi.
Sudah beberapa kali peristiwa kecelakaan terjadi, mulai dari jatuhnya pesawat tempur F-16 dan Hawk, pesawat angkut Hercules, helikopter MI-17, tenggelamnya kapal angkut TNI, hingga kemarin kita menyaksikan tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402.
Berbagai faktor tentu bisa menjadi penyebab terjadinya kecelakaan mulai dari faktor human error, permasalahan mesin, faktor alam dan factor lainnya.
Baca Juga: TNI AL: Jangan Ada Simpang Siur Informasi KRI Nanggala 402
Namun begitu, satu hal penting yang selalu luput diperhatikan dari setiap kecelakan alutsista adalah soal tata kelola perawatan dan pemeliharaan alutsista Indonesia.
"Padahal sangat mungkin masalah carut marutnya tata kelola alutsista di Indonesia dapat memperbesar risiko terjadinya berbagai kecelakaan. Gelapnya tata kelola pengadaan, perawatan dan reparasi alutsista Indonesia pada akhirnya juga akan menjadikan prajurit TNI rentan menjadi korban, bahkan hingga meninggal dunia," tutur Al Araf.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.