JAKARTA, KOMPAS.TV- Komisi IV DPR menerima penjelasan dari Badan Karantina Pertanian (BKP) mengenai permasalahan importasi jahe yang kini menumpuk di sana. Dari laporan disebutkan ada 11 kontainer jahe yang masuk. Dari 11 kontainer, 2 kontainer bersih, sisanya 9 kontainer bertanah.
Wakil Ketua Komisi IV Hasan Aminuddin pun mengkritik keras kinerja dan disiplin Badan Karantina dalam penerapan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. Sebab, BKP dinilai memberikan toleransi terhadap tindakan pemusnahan jahe impor yang bermasalah.
"Kami merekomendasikan kepada Badan Karantina Pertanian untuk melaporkan importir kepada Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) apabila jahe impor tersebut belum dimusnahkan dalam kurun waktu 10 hari," kata Hasan, dalam rapat dengar pendapat dengan Sekjen Kementan; Irjen Kementan; Ditjen Hortikultura; dan Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian, terkait tindak lanjut permasalahan impor jahe di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu (31/3/2021).
Baca Juga: Jahe Impor Campur Tanah Menumpuk di Badan Karantina Pertanian, Komisi IV: Laporkan ke Bareskrim
Menghadapi permintaan tersebut, Kepala Kepala Badan Karantina Pertanian (BKP) Kementan Ali Jamil mengatakan, jahe-jahe impor yang belum dimusnahkan itu adalah milik PT Indopak Trading.
Ia mengaku kesulitan memperoleh persetujuan perusahaan untuk memusnahkan jahe-jahe tersebut karena tak bisa menemui manajemen perusahaan.
"Kami mohon maaf sebesar-besarnya, rasanya puyeng juga saya mengurus Indopak ini karena kami tidak bisa bertemu dengan manajemennya sendiri," katanya sambil mengatakan bahwa untuk eksekusi pemusnahan butuh waktu.
Baca Juga: Minuman Jahe di Masa Pandemi Corona, Jadi Andalan!
Di sisi lain, di daerah Jawa Timur ada keterbatasan fasilitas yang digunakan untuk membakar jahe atau insinerator. Ali mengatakan, insinerator yang ada di Jatim hanya mampu membakar 2 ton jahe sehari.
"Keterbatasan insinerator kemarin hanya kapasitas 2 ton per hari. Sementara ini lebih dari 200 ton," kata Ali.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.