CIREBON, KOMPAS.TV - Direktur Pengkajian Materi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Muhammad Sabri menyampaikan pentingnya menjaga kepelbagian (kebhinekaan) dan pluralisme di Indonesia dalam talkshow Sosialisasi Pancasila untuk Pemuda Nahdlatul Ulama di Cirebon, Jawa Barat, Minggu (14/3/2021).
Menurutnya, masih ada oknum dan kelompok yang ingin menghancurkan kebhinekaan dan merongrong Pancasila menggunakan isu keislaman di Tanah Air.
"Indonesia itu negara Islam terbesar di dunia, makanya yang paling seksi dan sering mereka gunakan itu isu Islam," kata Sabri.
Oknum dan kelompok itu memanfaatkan ruang digital atau media sosial untuk memecah belah masyarakat. Hal ini dinilai Sabri sangat mengkhawatirkan karena menyasar generasi milenial.
Baca Juga: BPIP Tekankan Pancasila Bukan Ajaran Dogmatik, Melainkan Realitas Kehidupan
"Mereka itu kecil, tapi intens membenturkan isu Islam dengan mainstream. Kita harus berlomba-lomba memproduksi konten-konten keluhuran nilai-nilai Pancasila yang bisa menyapa milenial," imbuhnya.
Dia juga mengingatkan perjuangan KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang selama hidup merawat kebhinekaan dan pluralisme.
"Berdasarkan kajian budaya, terjadi pergeseran dari place to space. Tidak lagi fisik, ruang virtual kita manfaatkan. BPIP dan NU bisa bekerja sama secara riil memproduksi konten Islam dan Pancasila. Kebhinekaan itu by design Ilahi," tegas Sabri.
Sementara itu, anggota Komisi II DPR RI Yanuar Prihatin menilai, sosialisasi Pancasila yang paling efektif dan paling kuat ialah melalui metode intervensi bawah sadar. Menurutnya dalam dunia mind technology, pikiran bawah sadar lebih didominasi oleh visualisasi, gagasan, kreativitas, imajinasi, ide besar, keindahan, dan sebagainya.
“Pada saat kita menyampaikan sosialisasi Pancasila secara sadar, sesungguhnya terjadi debat tentang Pancasila. Pancasila menjadi objek kritik. Ke depan perlu mendesain metodologi sosialisasi Pancasila melalui pendekatan intervensi pikiran bawah sadar,” ungkap Yanuar.
Baca Juga: Belajar Pancasila dari Desa Karungan
Ia melanjutkan, pikiran bawah sadar tersimpan gudang perilaku, gudang interpretasi, gudang habit, dan gudang bahasa. Pikiran di bawah sadar adalah blue print atau cetak hidup manusia di masa lampau, sekarang, dan masa yang akan datang.
Alasan mengapa manusia merasa hidup hari ini, menurut Yanuar, adalah karena blue print pikiran bawah sadar masa lalu telah membentuk perilaku saat ini.
“Sosialisasi Pancasila harus masuk kepada intervensi pikiran bawah sadar untuk membangun generasi Pancasila,” tandasnya.
Talkshow yang dipandu Ahmad Uzair Fauzi ini juga menghadirkan Anggota Komisi II DPR RI Yanuar Prihatin, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag Waryono Abdul Gafur, Ketua FKUB Cirebon KH. Wawan Armani Amin, dan Ketua Tahfidziyah PCNU Kabupaten Cirebon KH. Aziz Hakim Syaerozi.
Hadir pula dalam acara Kepala BPIP Yudian Wahyudi, Direktur Sosialisasi Komunikasi dan Jaringan BPIP M. Akbar Hadiprabowo, Kasubdit Sosialisasi BPIP Hotrun Siregar, Kasubdit Komunikasi Benny, Kasubdit Pengembangan Jaringan BPIP Rahmat Mustafa, serta puluhan anggota IPNU/IPPNU/Fatayat/GP Anshor/tokoh-tokoh dan Banom-Banom NU di Kabupaten Cirebon.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.