SOLO, KOMPAS.TV - Laporan tahunan Charities Aid Foundation mencatat, Indonesia menempati peringkat 10 negara paling dermawan. Pakar Antropologi menyebut, hal ini karena masyarakat Indonesia punya budaya solidaritas.
Yayasan itu menilai kedermawanan masyarakat sebuah negara dalam laporan bertajuk “World Giving Index (WGI)” edisi ke-10. Penilaian ini menggunakan data dalam sepuluh tahun terakhir.
Indonesia memiliki nilai rata-rata perilaku dermawan 50 persen. Indeks ini menempatkan Amerika Serikat (58%) sebagai negara paling dermawan, lalu Myanmar (58%) dan Selandia Baru (57%).
Baca Juga: Usai Tak Jadi Walikota Solo, Rudy Titip Ratusan HP ke Gibran untuk Dibagikan ke Siswa Kurang Mampu
Ada tiga aspek penilaian dalam indeks ini. Indonesia mendapat nilai 42% untuk aspek membantu orang asing, 69% untuk menyumbangkan uang ke lembaga amal, dan 40% untuk mengikuti kegiatan amal secara sukarela.
Menurut pakar antropologi Universitas Sebelas Maret Nurhadi, perilaku dermawan ini terkait dengan budaya Indonesia.
“Kedermawanan itu bersifat kultural sekaligus sosial. Dia mengikat masyarakat di dalam satu perasaan bersama dan kemudian muncul solidaritas yang membuat masyarakat semakin erat satu sama lain," jelas Nurhadi, dikutip dari Kompas.com.
Nurhadi mengatakan, Indonesia memiliki budaya berbagi. Dan ini ada kaitannya dengan kondisi ekonomi politik Indonesia yang sedang dalam masa transisi industri.
“Ada akar kultural dalam kaitan dengan kedermawanan masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia ini kan sebenarnya masih berada dalam masa transisi dari masyarakat yang pra-industri, sekarang industri, dan bahkan pasca-industri," kata Nurhadi.
Baca Juga: Tiga Bulan Berlalu, Komnas Perempuan Pertanyakan Gerak Lamban Polisi Usut Kasus Lurah Cabul
Nurhadi menyebut, transisi masyarakat itu masih menyisakan jejak-jejak kultural dari masa lampau, salah satunya adalah kepedulian terhadap nasib sesama masyarakat yang mewujud dalam sikap kedermawanan.
Nurhadi mencontohkan, pemberian di Indonesia tak cuma berwujud uang.
"Mengalokasikan waktu, mengalokasikan fisik, itu juga bagian dari kedermawanan," kata Nurhadi.
Budaya Indonesia juga menghargai kedermawanan seseorang, bahkan bila ia telah meninggal.
“Tidak hanya semasa orang itu hidup, bahkan orang dermawan, yang dikenal dermawan dia akan tetap dikenal setelah dia meninggal," tutur Nurhadi.
Faktor agama juga ikut berperan membentuk budaya berbagi ini. Nurhadi juga mengatakan, budaya dermawan ini tak terkait dengan kemakmuran.
Baca Juga: Tajir Melintir! “Maharaja” dari Subang Bangun Musala Berlapis Emas, Hadiahi Kuli 60 Motor
“Bukan soal makmur dan tidak makmur persoalannya, tapi itu soal modal sosial yang kita miliki," kata Nurhadi.
Nurhadi mengamati, ada perubahan dalam budaya berbagi di kalangan masyarakat Indonesia.
“Yang berubah adalah bentuk kedermawanannya. Kalau sekarang ini masih dominan pemberian langsung, ke depan barangkali pemberian itu akan terorganisir secara baik," beber Nurhadi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.