Kemudian terpantau aktivitas gangguan atmosfer di zona equator (Rossby equatorial) mengakibatkan adanya perlambatan dan pertemuan angin dari arah utara membelok tepat melewati Jabodetabek, sehingga terjadi peningkatan intensitas pembentukan awan-awan hujan.
Juga adanya tingkat labilitas dan kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat yang cukup tinggi, hal ini menyebabkan peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Jabodetabek.
Baca Juga: Kepala BMKG: Penyebab Banjir Ada Tiga Faktor, Waspada Banjir Susulan 23 dan 24 Februari
Serta terpantau adanya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang membentuk pola konvergensi di sebagian besar Pulau Jawa dan berkontribusi juga dalam peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di barat Jawa termasuk Jabodetabek.
Ia juga menjelaskan, curah hujan yang terjadi saat ini di DKI Jakarta sebenarnya masih lebih rendah dibandingkan curah hujan pada Januari 2020 yang juga menyebabkan banjir di wilayah Jabodetabek.
"Ada beberapa faktor penyebab banjir di DKI Jakarta yaitu hujan yang jatuh di sekitar Jabodetabek yang bermuara di Jakarta, kemudian hujan yang jatuh di Jakarta sendiri serta ada pasang laut. Selain itu daya dukung lingkungan juga sangat berpengaruh," katanya.
Baca Juga: BMKG Prediksi Hujan Lebat dan Angin Kencang Masih Terjadi di Pulau Jawa, Khususnya Jabodetabek
Saat ini wilayah Jabodetabek masih masuk puncak musim hujan yang diperkirakan masih berlangsung pada akhir Februari hingga awal Maret 2021.
Selain itu, BMKG juga memprediksikan sepekan ke depan seluruh wilayah Indonesia masih terjadi potensi hujan dengan intensitas lebat disertai kilat petir dan angin kencang.
Mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, hampir semua wilayah di Pulau Kalimantan dan Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
Baca Juga: Kepala BMKG: Cuaca Ekstrim Masih Terjadi, Hujan Belum Akan Berhenti
"Kami mengimbau masyarakat untuk tetap tenang namun waspada dan berhati-hati terhadap dampak cuaca ekstrem seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang dan gelombang tinggi," kata Dwikorita.
Dwikorita juga menambahkan agar masyarakat terus memantau informasi terbaru yang dikeluarkan oleh BMKG melalui berbagai platform atau kanal.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.