KOMPAS.TV - Bermula dari viralnya sebuah postingan melalui sebuah akun Instagram, lalu berujung pada penyelidikan. Benarkah ada dugaan pemalsuan. Aiman menelusurinya dan datang!
Akun tersebut beridentitas dengan nama Helena Lim Official. Program AIMAN mencoba untuk menemui pemilik akun tersebut. Menghubungi lewat berbagai cara, termasuk lewat media sosialnya. Tapi apa daya, tak berbalas respons.
Sebelumnya tersiar dari akun @Helenalim899, terdapat empat orang termasuk yang diduga dirinya mendapatkan giliran vaksin di Puskesmas Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
"lagi ngantri vaksin..., nanti kalau sudah vaksin kita bisa jalan - jalan", begitulah potongan isi dari Instragram Story di akun tersebut.
Aiman Tergerak untuk Mencari Tahu
Beberapa saat setelah akun tersebut viral, ada Aparatur Kementerian Kesehatan yang memberi informasi kepada wartawan, bahwa Kementerian Kesehatan melihat ada yang janggal dengan vaksin yang bersangkutan.
Program AIMAN tergerak untuk mencari, menelisik, dan menginvestigasinya. Ada apa gerangan?
Aiman mendatangi Puskesmas Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Aiman ingin mengetahui proses verifikasi vaksin tahap pertama yang diajukan untuk Tenaga Kesehatan dan mulai dilanjutkan dengan Lansia (warga Lanjut Usia di atas 60 tahun). Sulit untuk masuk ke dalam Puskesmas Kebon Jeruk. Saya menemui pejabatnya, namun menolak untuk diwawancara. Jadi kami hanya ngobrol, tanpa direkam.
Kongkalikong Puskesmas atau Pemalsuan Surat?
Sang pejabat mengungkapkan bahwa semua sudah dilakukan sesuai standar. Karena pihak Puskesmas berpegangan pada SIP/STR (Surat Izin Praktik/Surat Tanda Registrasi), yang dimiliki oleh setiap Tenaga Kesehatan (Nakes) yang hendak divaksin.
Kala itu, Helena dan ketiga yang diduga rekan dan kerabatnya memiliki surat tersebut. Salah seorang yang ada di video itu yang bernama Elly Tjondro mengaku bahwa mereka adalah Pemilik sekaligus Pelayan di Apotek Bumi, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Pelayan di Apotek memang dikategorikan sebagai Petugas Penunjang Kesehatan yang rentan terkena infeksi virus Corona.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 84 tahun 2020, Nakes disebutkan sebagai prioritas pertama. Nakes ini terdiri bukan hanya Dokter dan Perawat saja. Tapi ada petugas yang lain.
Pasal 4 Permenkes Nomor 84 Tahun 2020, menyebutkan:
"Berdasarkan ketersediaan Vaksin COVID-19 sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan kelompok prioritas penerima Vaksin COVID-19 sebagai berikut: tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, tenaga penunjang yang bekerja pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, aparat hukum, dan petugas pelayanan publik lainnya."
Memang tidak diatur sanksi dalam Peraturan Menkes tersebut. Tapi jika ada pemalsuan dokumen, ceritanya bisa berbeda. Ada ancaman pasal 263 KUHP soal pemalsuan dokumen yang merupakan delik formil. Artinya tidak diperlukan adanya akibat, apabila pemalsuan tersebut terjadi, maka deliknya berlaku.
Saya mencoba untuk menelusuri kejanggalan yang disebutkan melekat pada sosok Helena Lim, yang dikatakan menjadi penjaga apotek. Dalam jejak media sosial, memang sulit untuk tidak dikatakan yang bersangkutan adalah sosok yang "the have" alias kaum berpunya.
Ada media massa besar, yang meliput kemewahan. Bahkan di dalam video youtube yang memiliki nama akun sama dengan nama dirinya, ada video yang berjudul "Crazy Rich PIK" (Pantai Indah Kapuk), yang merupakan tempat tinggal Helena. Benarkah itu?
Hasil Penelusuran di Apotek Bumi
Saya mendatangi Apotek Bumi, dengan harapan siapa tahu saya bisa mewawancarai sang empunya yang juga penjaga apotek. Saya masuk dan saya menemukan ada sejumlah penjaga hingga kasir Apotek yang masih satu lingkungan dengan kawasan perumahan Green Garden, Jakarta Barat.
"Ibu Helena jaga di apotek ini!", kata sang penjaga yang saya tanya soal informasi ini, dan akan di tayangkan di Program AIMAN senin pukul 20 malam di KompasTV.
Saya sebelumnya melihat kondisi apotek, ada beberapa CCTV yang berada di sana. Lalu saya kembali bertanya, kepadanya kembali "Benar mbak jaga, artinya akan ada bukti dari CCTV itu, karena terekam!"
Dia pun kaget. Dan terdiam. Lalu, saya tanyakan kembali kepadanya, pertanyaan yang sama. Kali ini sang penjaga Apotek menjawab, "saya tidak tahu (ibu Helena), pernah menjaga di sini atau tidak."
Bukan soal Kasus Sederhana, tapi...
Sejalan dengan hal itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang secara Hierarki membawahi Puskesmas Kebon Jeruk, Jakarta Barat, juga sejalan menjalankan investigasinya. Demikian pula dengan Polres Jakarta Barat juga sudah mengirim personilnya untuk melihat.
Ini bukan soal sesederhana vaksin siapa yang akan dapatkan. Tapi ini sebuah pesan, jika kejadian ini bisa terjadi di Ibu Kota, bagaimana dengan pelaksanaan vaksin yang memiliki target hingga lebih 180 juta orang di seluruh Indonesia. Belum pernah sebesar ini dalam sejarah Indonesia.
Pola seperti ini, bukan tidak mungkin akan terulang. Dan bukan mustahil pula bisa terjadi gesekan sosial karenanya.
Antisipasi regulasi dan data, segera diperlukan, selain soal keamanan dari vaksin itu sendiri.
Saya Aiman Witjaksono.
Salam!
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.