YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Epidemiolog UGM , Riris Andono, menyebutkan total angka yang menembus 1 juta kasus Covid-19 di Indonesia belum merupakan puncak kurva pandemi. Sekalipun, total kasus ini menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang angka kasus Covid-19 mencapai lebih dari satu juta.
"Ini menunjukkan penularan Covid-19 di Indonesia belum bisa dikendalikan dan perlu kebijakan yang lebih serius untuk mengatasinya,” ujar Riris, Kamis (28/1/2021).
Ia tidak menampik kurva pandemi Covid-19 sempat melandai. Namun, saat mobilitas penduduk mulai longgar, maka tingkat penularan pun meningkat sampai kapasitas rumah sakit tidak lagi mampu menampung pasien.
Baca Juga: Tembus 1 Juta Kasus Covid-19, Wakil Ketua MPR: Bukan Saatnya Banggakan Keberhasilan
Menurut Riris, saat ini kasus Covid-19 di Indonesia sedang dalam periode menanjak tinggi karena penularan sudha meluas di masyarakat.
“Ketika penularan sudah masif seperti sekarang, penerapan 3M tidak lagi cukup,” ucapnya.
Riris juga menilai Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa Bali pada 111 sampai 25 Januari 2021 tidak cukup efektif untuk menekan penularan Covid-19. Sebab, tingkat mobilitas masyarakat tidak berubah, terbukti dengan tembusnya 1 juta kasus Covid-19.
Pembatasan jam operasional pusat perbelanjaan atau keramaian sampai pukul 19.00 juga tidak berpengaruh jika jumlah pengunjung tidak berkurang signifikan.
“Yang lebih penting bukan durasinya diperpendek, tetapi lebih pada seberapa banyak orang per satuan waktu yang ada di tempat tersebut,” kata Riris.
Ia berpendapat kebijakan yang setengah-setengah justru menjadi kontraproduktif dan masyarakat juga tidak percaya dengan PPKM karena masyarakat lebih susah dan kasus justru meningkat.
Baca Juga: Menkes Budi Gunadi Sadikin Angkat Bicara Terkait 1 Juta Kasus Covid-19 di Indonesia
Riris menyarankan untuk memperoleh hasil yang diharapkan, diperlukan kebijakan yang mampu menurunkan mobilitas secara masif, hingga mencapai 70 persen. Perhitungannya, jika lebih dari 70 persen populasi tidak melakukan pergerakan di luar rumah selama dua minggu, maka mereka yang tertular Covid-19 bisa sembuh di tempat tinggalnya sendiri dan tidak sempat menularkan virus kepada orang lain.
“Pembatasan ketat mungkin akan menuai respons negatif dari masyarakat, tetapi langkah ini sudah dilakukan di sejumlah negara dan terbukti membuat negara itu mampu melewati gelombang pertama pandemi Covid-19,” tutur Riris.
Ia menambahkan kenormalan baru akibat Covid-19 bukan berarti kondisi yang statis. Di tengah 1 juta kasus Covid-19, situasi tarik ulur seperti sekarang, antara pengetatan dan pelonggaran, adalah normal baru.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.